Network
Rembang Bicara - Reynhard Sinaga adalah mahasiswa asal Indonesia yang menjadi terdakwa kasus pemerkosaan terhadap 195 pria dalam kurun waktu 2,5 tahun di Manchester, Inggris.
Reynhard Sinaga dituduh telah membius korban dan memerkosanya.
Di antara 159 kasus, setidaknya terdapat 136 dakwaan pemerkosaan, dengan korbannya dilaporkan ada yang diperkosa berkali-kali.
Baca Juga: Profil dan Biodata Terbaru Lengkap Sabrina Anggraini Kekasih Belva Devara, Dilamar Depan Gedung MIT
Para korban disebut mengalami trauma, dan sebagian mencoba bunuh diri akibat tindakan Reynhard Sinaga yang mendapat julukan Predator Setan.
Diketahui Reynhard datang ke Inggris menggunakan visa pelajar pada 2007 saat berumur 24 tahun, dan tinggal selama 10 tahun hingga dia ditangkap pada 2 Juni 2017.
Baca Juga: Biodata, Profil, dan Pendidikan Terbaru Belva Devara, CEO Ruang Guru Lamar Pacarnya Depan Gedung MIT
Selama 10 tahun, Reynhard ternyata mendapatkan bantuan biaya dari ayahnya yang dilaporkan merupakan seorang bankir.
Dengan kasus yang dinilai terbesar dalam sejarah hukum di Inggris, pasti banyak orang yang penasaran siapa sebenarnya Reynhard Sinaga, si terpidana pemerkosaan?
Dilansir dari The Guardian, pria Indonesia ini disebut lahir pada 1983 di Jambi, dengan tinggi sekitar 170 sentimeter.
Baca Juga: So Sweet, Inilah Panggilan Kesangan Terbaru Giorgino Abraham kepada Yasmin Napper
Profil Reynhard Sinaga
Pria asal Jambi ini memiliki nama lengkap Reynhard Sinaga.
Reynhard merupakan pria kelahiran tahun 1983.
Pendidikan Reynhard Sinaga
Di tahun 2006, ia merupakan lulusan S-1 dari jurusan arsitektur Universitas Indonesia.
Reynhard melanjutkan pendidikannya kembali pada Agustus 2007 di Britania Raya tepatnya di Universitas Manchester yang lulus S-2 dari jurusan tata kota 2009 juga sosiologi tahun 2011.
Sempat Menjalani Pendidikan S-3
Pada Agustus 2012 Reynhard sempat menjalani pendidikan S-3 jurusan geografi manusia di Universitas Leeds, namun tidak selesai.
Kemudian pada Agustus 2016 ia sempat mengajukan tesis berjudul "Sexuality and everyday transnationalism among South Asian gay and bisexual men in Manchester", ketika itu ia tidak lulus dan diberi waktu untuk perbaikan atau revisi.***
