Network
Rembang Bicara - Awal Desember 2020 ini kediaman ibunda Menkopolhukam, Mahfud MD, di Pamekasan, Madura diserbut oleh sekelompok orang berpeci putih yang disinyalir adalah simpatisan Front Pembela Islam (FPI).
Pengamat politik, Rocky Gerung, lantas memberikan asumsinya.
Ia berpendapat bahwa aksi tersebut merupakan alternatif masyarakat Madura dalam mengkritik pemerintah. Baginya, rumah Mahfud MD (yang merupakan pejabat pemerintah) merupakan simbol dari kekuasaan.
Karena tidak terlalu aksesable jika harus mengkritik pemerintah di depan Istana atau gedung DPR RI langsung, maka menyerbu rumah Mahfud MD adalah opsi paling mungkin yang bisa mereka lakukan.
Baca Juga: Belum Kering Kasus Korupsi Edhy Prabowo, Kali Ini KPK Tangkap Pejabat Kemensos Atas Dugaan Ini
“Etnis Madura itu ada keterus terangan seperti orang Betawi, jadi Ini ada poros baru, Petamburan-Pamekasan, kalau begini ini, saya bisa mengerti karena ya memang hanya soal HRS yang terus menerus diucapkan hari ini, dan kelihatannya kekuasaan kemanapun HRS melangkah kekuasaan sudah ada disitu lebih dulu,” ujar Rocky dalam video yang diunggah di kalan YouTube-nya pada Rabu, 2 Desember 2020 lalu.
“Jadi mungkin, teman-teman di Madura ada yang kurang pas cara kekuasaan menghadapi HRS dan ekspresinya tentu nggak mungkin harus membawa truk menyebrang jembatan suramadu terus jalankan truknya ke istana, jadi symbol yang paling dekat ya Pak Mahfud dan itu saya anggap suatu ekspresi secara simbolik mau menerangkan pikiran kritis ada dimana-mana,” tambahnya.
Rocky lalu menyebut, jika saja akses ke Solo juga mudah, maka tidak bisa dimungkiri kalau penggerudukan massa juka terjadi di kediaman ibunda Presiden Jokowi.
“Karena memilih untuk berdemonstrasi di depan rumah Pak Mahfud MD itu, mungkin kalau ada kendaraan yang lebih cepat teman-teman di Madura itu bergerak ke Solo untuk berdemo didepan rumah Pak Jokowi,” sebutnya.
