Network
Rembang Bicara - Lasem merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Rembang yang memiliki rekam jejak sejarah cukup panjang.
Pada masa Majapahit, Lasem menjadi satu dari sekian negara federal bawahan Majapahit yang keberadaannya cukup diperhitungkan. Begitu juga ketika beralih menjadi kadipaten pada 1469, Lasem tetap menjadi kota kesyahbandaran yang sangat riuh di pesisir pantai utara.
Sebagai bekas negara vassal sekaligus kadipaten yang eksis di era Majapahit, maka tak ayal jika Lasem banyak menyimpan peninggalan kuna yang tersebar di berbagai titik. Termasuk peninggalan arkeologis berupa bebatuan, punden, dan prasasti-prasasti dengan corak khas Majapahitan.
Untuk napak tilas dan nguri-uri sejarah Lasem, sekelompok pemerhati situs dan warisan budaya leluhur yang tergabung dalam Lasem Kota Cagar Budaya (LKCB) mengadakan kegiatan Jelajah Gunung Lasem II pada Minggu (4/10).
Baca Juga: Destinasi Wisata yang Wajib di Kunjungi di Rembang
Kegiatan ini menyisir beberapa lokasi situs bebatuan kuna dengan rute jelajah, Lasem-Sedan-Kragan-Sluke dan balik lagi ke Lasem. Dengan rincian situs meliputi, punden Watu Pecah, situs megalitik Terjan, kawasan gunung Lengis, dan reruntuhan candi malad di Gowak.
Kegiatan ini juga merupakan kelanjutan dari Jelajah Gunung Lasem I yang dilaksanakan pada 25 Juli 2020 lalu yang mengulik fakta historis dari gunung Argopuro.
Inisiator dari kegiatan ini, Muhammad Almahdi mengatakan, kegiatan ini pada dasarnya bertujuan untuk menarik minat masyarakat Lasem agar turut terlibat dalam wacana konservasi situs-situs peninggalan Lasem.
Pria yang akrab disapa Koh Lam tersebut mengaku sangat prihatin atas kesadaran masyarakat, lebih khusus pemerintah daerah (pemda), yang cenderung abai dengan potensi warisan leluhur yang dimiliki oleh Lasem. Dia berharap agar pemda mau turut andil dalam upaya merawat situs-situs tinggalan leluhur di Lasem yang, salah satu bentuk upayanya adalah, dengan mengangkatnya sebagai bagian dari cagar budaya daerah.
