“Kemudian yang saya amati, ibadah sunnah yang sebenarnya luar biasa, seperti rutin berpuasa, banyak wiridan, rutin mengkhatamkan al-Qur'an dan seterusnya akan menjadi kurang keberkahannya seolah biasa saja apabila orangnya berperangai buruk pada orang lain,” tulisnya.
“Inilah kenapa kadang terlihat ada orang yang sama-sama rajin berjamaah dan tadarus di masjid misalnya, tetapi pancaran auranya berbeda...Biasanya cara keduanya dalam memperlakukan dan menghargai orang lain memang berbeda,” lanjut Abdul Wahab Ahmad.
“Bila diibaratkan pentol bakso, ibadah sunnah yang bersifat pribadi antara hamba dan Tuhan adalah daging dan tepungnya sebagai bahan utama. Lalu ibadah sosial adalah garam dan bumbunya. Keduanya harus ada dan berimbang agar hasilnya memuaskan,” pungkasnya. ***