Bisakah Literasi Menunjang Prestasi PSSI? (Resensi Buku 'Merawat Sepakbola Indonesia')

- 4 Oktober 2020, 11:37 WIB
Buku garapan Fajar Junaedi, dkk.
Buku garapan Fajar Junaedi, dkk. //fandom.id/

Judul                     : Merawat Sepakbola Indonesia

Penulis                   : Dr. Fajar Junaedi, dkk

Penerbit                 : Fandom Indonesia, Yogyakarta

Cetakan                 : Pertama, 2019

Tebal                     : x + 192 halaman

Rembang Bicara – Sepak bola telah memberi banyak hal dalam pergulatan kehidupan manusia. Ia bisa merubah nasib berpuluh ribu orang hanya dalam hitungan detik, pun bisa memberi harapan hidup dalam sekejap. Kecerdikan sepak bola memainkan perasaan manusia tersebut membuat olahraga ini sangat menarik untuk selalu diperbincangkan. Spektrum forum obrolannya beraneka ragam, termasuk ruang kampus yang memiliki laboratorium ilmu pengetahuan, khususnya sport science.

Literasi dan Prestasi

Fandom, media alternatif yang bergerak di bidang analisis sepak bola, kembali menerbitkan karya. Kali ini Fandom tidak sendirian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjadi partner kepenulisannya. Kerja sama ciamik tersebut berhasil melahirkan buku berjudul “Merawat Sepakbola Indonesia” yang sedianya diabdikan untuk menggali dan memaparkan khazanah berikut problem persepakbolaan nasional lewat perspektif ilmiah.

Hal itu terlihat dalam kata pengantar oleh Sirajuddin Hasbi –pengelola Fandom– yang melempar satu pertanyaan krusial tentang “Apakah literasi sepak bola memiliki dampak bagi prestasi sepak bola Indonesia?”. Oleh karenanya, di samping sebagai bahan bacaan, buku ini juga hendak membuktikan, bahwa literasi dan prestasi memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Baca Juga: Mengabadikan Sepak Bola (Resensi Buku 'Sepak Bola Tak Pernah Mati' Karya Miftakhul F.S.)

Pada dasarnya, buku yang menghimpun 21 artikel ini tidak jauh beda dengan buku-buku sepak bola lainnya. Hanya saja keterlibatan kampus terkemuka di Yogyakarta sebagai partner kepenulisan menjadi faktor pembeda yang paling berpengaruh. UMY secara serius memberikan sumbangsih nyata. Tidak hanya pada sektor penerbitan, melainkan juga pemikiran yang termanifestasikan lewat tulisan bernas dari para akademisinya.

Meski demikian, kontributor buku ini tidak hanya dari UMY semata. Ada Nashiruddin Albani, mahasiswa UPN Yogyakarta, yang menulis ‘Inkonsistensi Peraturan Sepakbola Indonesia’; Khalid Syihabuddin, mahasiswa UGM, dengan judul tulisan ‘Sepakbola di Tanah Porodisa’; Muhammad Nastain, dosen Universitas Mercu Buana Yogyakarta, lewat tulisan ilmiah berjudul ‘Neotribalisme Suporter Sepakbola Indonesia; dan para penulis lainnya.

Dalam setiap artikel, nyata sekali para kontributor menyajikan ulasan indeep dalam memahami suatu fenomena. Misalkan, Andhika Gilang dalam tulisannya berjudul Seta Nurdiyantara Hanya Ingin Bermain Sepakbola, menempuh penulisan display yang berisi cerita coach Seto.

Dalam hal ini, Gilang berposisi sebagai notulen yang mencatat, mendengar, dan menyuguhkan isi tutur bicara coach Seto saat diwawancarai. Pilihan Gilang tersebut, menurut analisis interpretatif, pada dasarnya hendak memberi gambaran kepada pencinta sepak bola untuk melihat pelaku sepak bola secara total, bukan parsial.

Selain itu, lewat analisis kritis, para kontributor mampu menangkap makna tersembunyi di balik suatu fenomena yang barangkali oleh banyak orang dipandang sekadar perilaku biasa. Hal tersebut ditopang oleh keyakinan para kontributor, bahwa banyak hal dalam kehidupan yang memiliki sangkut paut dengan sepak bola, mulai dari sejarah, budaya, ekonomi, politik, sampai komunikasi massa. Semisal di lapangan sejarah, apa yang menarik dalam buku ini tentu saja tulisan dari Dr. Fajar Junaedi tentang kontribusi Muhammadiyah dalam persepakbolaan nasional.

Baca Juga: Sinau dari Lapangan Hijau: Melihat Gigi Tua Buffon

Lewat judul ‘PS HW dan Jejak Muhammadiyah dalam Sepakbola Indonesia’, dosen UMY yang sudah menulis banyak buku tentang sepak bola tersebut secara holistis menampilkan landscape persepakbolaan Muhammadiyah dari masa ke masa melalui pendekatan kesejarahan yang valid.

Mas Jun –begitu ia dipanggil– tentu saja menempuh analisis arkeologis. Ia berkontribusi besar memberikan data-data dokumentatif, mulai dari majalah Suara Muhammadiyah tahun 1931 sampai peristiwa penjalinan kerja sama antara institusi berhaluan Muhammadiyah dengan klub sepak bola yang ada di D.I.Yogyakarta. Dari artikel ini, sederhananya, kita akan memahami tentang betapa sepak bola juga memiliki nilai spiritual yang penting dalam memelihara sosial.

Komposisi kontributor yang biasa memadukan antara ilmu pengetahuan olahraga, statistika, dan teori ilmiah tersebutlah yang menyebabkan buku ini valuable bagi pembaca. Uniknya, walaupun isi tulisan yang disampaikan sangat syarat akan tradisi keilmuan, tetapi bahasa yang digunakan renyah dan mudah dicerna.

Hal tersebut membuat peranan buku ini sangat signifikan. Sebab tidak hanya berhenti pada predikat sebagai buku sport science, tetapi lebih jauh lagi mampu mengedukasi pencinta sepak bola agar bersedia memandang persepakbolaan secara holistis.

Selama ini, buku sport science dikemas dengan bahasan yang ketat dan membingungkan, sehingga hanya bisa dikonsumsi oleh para akademisi atau analis profesional. Padahal publik pencinta sepak bola terdiri dari banyak cluster. Oleh karenanya, buku sport science dituntut untuk secara cerdik mampu menyampaikan bahasan kepada publik.

Dalam hal ini, maka penggunaan bahasa dan pengemasan konten merupakan kunci agar buku sport science tidak berhenti di tataran teoris saja. Melainkan harus mampu menyentuh kognisi masyarakat umum. Proses ke arah sana tidak instan, artinya memakan waktu dan intensitas kajian. Tetapi, kita semua perlu optimis bahwa literasi yang ditulis terutama oleh akademisi yang berilmu akan berdampak pada prestasi.

Barangkali perlu disampaikan di sini, bahwa prestasi Liga Inggris dewasa kini tidak terlepas dari kontribusi Football Writer’s Association (FWA) yang intens berperan sejak 1947.

Nah, apabila UMY dan para akademisi kampus yang tergabung dalam suksesi buku ini sudah mulai menaruh minat terhadap kajian sepak bola, sekarang giliran kampus Anda sekalian melakukan edukasi yang sama. Ujung pangkal ini semua sudah barang tentu, yakni bergerak secara serentak menuju pembangunan persepakbolaan nasional.***

Editor: Ferhadz A. Muhammad


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x