Cerita Horor Disasarin Setan Sepulang dari Pengajian

- 15 Oktober 2020, 18:25 WIB
Ilustrasi magi
Ilustrasi magi //Pexel/Oleg_bf Oleg Boris

Rembang Bicara - Saya memang sudah sering mendengar cerita-cerita tentang orang yang disasarin setan pas lagi berkendara malam hari. Pengalaman yang kemudian justru saya alami sendiri pada awal semester empat lalu, sepulang dari pengajian di Malang bareng Rozi, temen satu jurusan.

Sekitar pukul sepuluh malam, beberapa saat setelah pengajian usai, kami berniat langsung balik Surabaya karena esok paginya masih harus kuliah. Dan dari sinilah kengerian itu bermula. Saat motor kami keluar dari gapura dusun lokasi digelarnya pengajian, motor kami mendadak hilang arah. Masuk ke jalanan berbeda dari yang kami lewati sewaktu berangkat tadi.

“Harusnya pas keluar dari gapura tadi kita udah masuk jalur ke kota. Ini kok malah  muter-muter jauh gini,” gumam Rozi yang nggak langsung saya respon. Saya sendiri sedang mencoba untuk fokus, barangkali kami lah yang salah ambil rute.

Makin jauh kami memacu motor, jalanan yang kami lewati justru kian lengang. Sisi kanan dan kiri dikelilingi pohon-pohon lebat. Nggak ada rumah penduduk, nggak ada cahaya lampu. Satu-satunya cahaya redup yang menyala hanyalah sorot dari motor kami.

“Fiks, kita disasarin!” pekik Rozi tiba-tiba ketika sudah beberapa kali kami melewati tugu-tugu kecil yang tersebar di beberapa titik yang kami lalui.

Baca Juga: GTV Gelar Ajang Indonesia Esports Award Pada 18 November 2020 Mendatang

“Buka maps!” perintah Rozi dengan nada mulai menegang. Saya pun bergegas membuka ponsel, memilih aplikasi Google Maps, dan mengetik alamat jalan yang dia dekte. Belum tuntas saya mengetik, mendadak ponsel saya mati. Padahal batrainya masih sekitar 45%-an. Hal serupa juga terjadi pada ponsel Rozi yang mendadak mati tanpa sebab. Dan sialnya, bensin motor kami sedikit lagi juga mau habis. “Duh, modyar kita,” pekik Rozi mulai panik.

Selanjutnya, tahu-tahu motor kami sudah berada di tengah-tengah kuburan setalah melewati jalanan penuh kebut. “Jancuk!” teriak kami hampir bersamaan. Kaki saya rasanya kebas dan lemas.

Nggak butuh waktu lama, kami pun keluar dari kuburan dan mengambil jalan setapak yang gelap gulita. “Sekarang ke mana?” tanya saya setengah terbata. “Jalan terus sampai bensinnya habis,” jawab Rozi pasrah. Lhah gimana lagi, kami sudah tersesat jauh.

Halaman:

Editor: Aly Reza


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x