Strategi Luhut Prabowo Kangkangi dan Jinakkan China

- 3 Februari 2021, 07:30 WIB
Kompilasi foto Menko Marvest, Luhut Binsar Pa jaitan dan Menhan, Prabowo Subianto
Kompilasi foto Menko Marvest, Luhut Binsar Pa jaitan dan Menhan, Prabowo Subianto /

Rembang Bicara - Politik bukan sebuah ruang lingkup yang mempunyai stabilitas jangka panjang. Dapat dikatakan, setiap dinamika dalam duani politik memiliki fluktuasi yang terkadang sulit untuk ditebak. Sebagaimana dalam dimanika politik domestik. Bergantinya sosok pemimpin akan memberikan pengaruh terhadap kebijakan baik domestik maupun luar negeri. Misal seperti ketika Donald Trump memimpin Amerika Serikat, banyak kebijakan yang terkesan American sentris, namun seketika berubah ketika Joe Bidden diangkat sebagai Presiden.

Seperti pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko yang dibatalkan dan pencabutan larangan warga dari sejumlah negara Islam ke AS. Dapat dikatakan, dengan menjabatnya Bidden dan Kamala Haris sebagai pemimpin Amerika Serikat memberikan harapan bagi sebagian masyarakat AS. Namun, tentu pergantian presiden di negara super power ini juga menjadi perhatian bagi masyarakat dunia.

Baca Juga: PBNU Terima Hibah Tanah 10 Hektar di Kawasan Elit dari Luhut

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Friedrich-Ebert-Stiftung dan YouGov, menunjukkan bahwa terpilihnya Biden sebagai Presiden AS disambut baik oleh banyak negara, termasuk di Indonesia. Tetapi tidak berarti AS akan kembali sepenuhnya dianggap sebagai “pemimpin” dunia. Salah satu penyebnya yaitu banyaknya skeptisme di sejumlah negara, terlebih negara di kawasan Asia Tenggara yang saat ini terdampak sengketa Laut China Selatan (LCS).

Pada beberapa waktu terakhir, beberapa negara ASEAN terlihat menunjukkan keinginan untuk melakukan komunikasi dengan China sebagai negara yang dianggap kuat dalam konflik LCS, terlebih negara tersbeut memberikan klaim sepihak. Beberapa negara tersebut ingin melanjutkan pembicaraan serius terkait code of conduct yang akan mengatur hubungan ASEAN-China terkait sengketa ini. Namun, meski banyak negara ingin melakukan dialog, Indonesia di bawah pimpinan Presiden Jokowi terlihat masih sangat menikmati kerja sama dengan negara yang dipimpin oleh Xi Jin Ping tersebut. Bahkan, baru-baru ini, Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) memberikan sambutan meriah dalam kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) China, Wang Yi untuk membahas beberapa kerja sama dan investasi.

Baca Juga: Ternyata Ada Sosok Ini di Balik Kesuksesan Kapolri Listyo Sigit Prabowo, Kenali Sosoknya Berikut

Namun, di lain sisi, ternyata Prabowo Subianto selaku Menteri Pertahanan (Menhan) telah mengintruksikan Badan Keamanan Laut (Bakamla) agar memasang senjata pada armadanya. Hal tersebut untuk memberikan sinyal terkait penjagaan wilayah Laut Natuna Utara sebagai wilayah yang masuk ZEE. Terlebih, wilayah tersebut dinilai tumpang tindih dengan klaim Tiongkok.

Munculnya sikap Indonesia seperti ini menjadi sebuah sikap yang cukup menarik dan memunculkan beberapa pertanyaan. Pertama adalah bagaimana sebenarnya standing posisi dari Indonesia di tengah konflik Laut China Selatan? Kedua, apa Skenario yang akan dimainkan oleh dua elit Indonesia, Prabowo dan Luhut yang seakan memiliki sikap yang bertolak belakang?

Baca Juga: Tak Gentar! Susi Pudjiastuti Tiba-Tiba Damprat Luhut Binsar Pandjaitan: Larang Luhut Lakukan Ini

Halaman:

Editor: Achmad Choirul Furqon


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x