Mengenal Dua Tingkatan dalam Santet

14 Oktober 2020, 19:36 WIB
Ilustrasi magi //Pexel/Oleg_bf Oleg Boris

Rembang Bicara - Santet merupakan salah satu jenis praktik perdukunan yang cukup marak terjadi di Indonesia. Biasanya santet digunakan untuk menyakiti atau mencelakai orang lain. 

Nah, ternyata dalam disiplin ilmu antropologi, santet juga dikupas, loh. Salah satu yang membahasnya adalah Mariasusai Dhavamony dalam bukunya yang berjudul Fenomenologi Agama.

Dalam buku tersebut, Dhavamony membagi santet ke dalam dua tingkatan sesuai dengan tingkat akurasi atau levelnya. Yaitu imitative magic (magi/santet tiruan) dan contagious magic (magi/santet sentuhan).

Imitative magic (santet tiruan) adalah tingkatan santet tertinggi. Santet ini didasarkan pada prinsip kesamaan dalam bentuk atau pun proses. Dengan kata lain keserupaan akan menghasilkan keserupaan.

Misalnya, untuk menyakiti orang lain, seseorang hanya perlu menusukkan jarum pada boneka. Maka orang yang diserupakan dengan boneka itu akan terkena pengaruhnya. Itulah kenapa santet ini dianggap yang tertinggi, karena seseorang bisa melukai orang lain tanpa harus susah payah menyentuhnya.

Sementara satu tingkat di bawahnya adalah contagious magi (santet sentuhan), di mana santet jenis ini didasarkan pada hukum sentuhan fisik atau penularan melalui kontak fisik.

Misalnya, untuk mencelakai orang lain, seseorag harus menggunakan hal-hal yang memiliki keterkaitan dengan orang tersebut. Katakanlah sehelai rambut, kuku, pakaian, atau benda apa saja yang pernah disentuh oleh orang tersebut. 

 

Editor: Aly Reza

Tags

Terkini

Terpopuler