Mitos, Sejarah, Fakta, dan Ritual di Malam Satu Suro Menurut Jawa dan Islam

- 9 Agustus 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi malam satu suro.
Ilustrasi malam satu suro. /Publiktanggamus.com/Pixabay/Bessi

Rembang Bicara - Malam 1 Suro atau Tahun baru 1 Muharram 1443 Hijriah jatuh pada tanggal 10 Agustus 2021.

Namun, sebagaimana SKB 3 Menteri bernomor 642/2020 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama tahun 2021, peringatan Malam 1 Suro atau Tahun Baru 1443 H diubah menjadi tanggal 11 Agustus 2021.

Baca Juga: Sinopsis dan Link Spoiler Anime One Piece Episode 987, Marco Datang Bantu Luffy di Negeri Wano

Dalam budaya masyarakat Jawa, malam peringatan tahun baru tersebut dianggap sakral. Mereka memiliki beberapa tradisi untuk memperingati setiap Malam 1 Suro.

Tetapi, Zainuddin dalam tulisan berjudul "Tradisi Suro dalam Masyarakat Jawa" di portal web UIN Malang menyatakan, seringkali ada peristiwa ganjil pada peringatan Malam 1 Suro.

Menurut dia, ada banyak kepercayaan yang sifatnya mitos dan dongeng, seperti ritual mengunjungi tempat-tempat sakral dan keramat, contohnya pergi ke makam untuk memperoleh kekayaan, rezeki, pelaris, hingga jodoh.

Baca Juga: 30 Twibbon Keren yang Dapat Digunakan untuk Peringati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-76

Lalu, ada juga aktivitas melempar sesaji, makanan, dan kurban ke laut yang dianggap sebagai sebuah sedekah. Selain itu, ada peringatan mandi di sebuah tempat rekreasi, tepatnya daerah Nganjuk, tujuannya agar awet muda dan panjang umur.

Di sisi lain, Prapto, Dosen Sastra Jawa Universitas Indonesia, menjabarkan Malam 1 Suro adalah gerbang dunia manusia dan gaib bertemu.

Baca Juga: Link Alternatif Nonton Drama Revolutionary Sister Episode 1 - 41 Sub Indo

Akhirnya, hal-hal yang seharusnya suci malah jadi ditakuti oleh masyarakat Jawa.

Dari sana muncul mitos-mitos tentang Malam 1 Suro. Bahkan, penggambaran mistiknya diperlihatkan melalui berbagai media, salah satunya film dengan kisah menyeramkan di malam tersebut.

Namun, terlepas dari itu, Malam 1 Suro tetap dianggap sakral oleh masyarakat Jawa. Berikut sejarahnya.

Muhammad Solikhin dalam Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa (2010), menuliskan sakralitas peringatan Malam 1 Suro tidak terlepas dari budaya keraton.

Baca Juga: Bacaan Doa Awal dan Akhir Tahun Hijriah serta Keutamaannya

Dahulu, keraton sering melakukan upacara dan ritual yang kemudian diwariskan secara turun temurun.

Hal itu juga diamini oleh Wahyana Giri dalam buku Sajen dan Ritual Orang Jawa (2010). Menurut dia, Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta mengartikan Malam 1 Suro sebagai malam yang suci serta bulannya penuh rahmat.

Ketika malam itu, beberapa orang Jawa Islam percaya, mendekatkan diri kepada Tuhan bisa dengan cara membersihkan diri serta melawan nafsu manusiawinya.

Oleh karena itu, mereka menjalankan upacara individu seperti tirakat, lelaku, atau perenungan diri.

Baca Juga: Keutamaan Puasa 1 Muharram dan Amalan Utama Bulan Muharram

Selain itu, ada juga aktivitas upacara kelompok seperti melakukan selametan khusus sepanjang satu minggu.

Sejarah penetapannya dicanangkan oleh Sultan Agung.

Di masa kerajaan Islam, kisaran 1628-1629, Mataram di bawah pimpinan Sultan Agung mengalami kekalahan ketika menyerang Batavia.

Setelah kejadian itu, pasukan Mataram mulai terbagi menjadi beberapa keyakinan. Dari sini, Sultan Agung memotori pembuatan kalender tahun Jawa-Islam (penggabungan tahun Saka Hindu dengan Tahun Islam).

Baca Juga: Link Alternatif Nonton Drama Revolutionary Sister Episode 1 - 41 Sub Indo

Di malam tahun baru tersebut (Malam 1 Suro), Sultan Agung akhirnya berhasil menciptakan kebudayaan Jawa di mana tidak boleh berbuat sembarangan, prihatin, dan tidak boleh berpesta.

Hal yang perlu dilakukan pada malam tersebut adalah menyepi, tapa, dan memohon kepada Tuhan. Dari sejarah tersebut, akhirnya Malam 1 Suro dianggap sakral.***

Editor: Achmad Choirul Furqon

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x