Naskah Khutbah Terbaru Tema Memaksimalkan Ibadah di Detik-detik Akhir Bulan Muharram

- 3 September 2021, 07:13 WIB
Teks Khutbah Jumat
Teks Khutbah Jumat /pexels.com/Alena Darmel

Secara teologis bulan Muharram adalah bulan mulia yang mendatangkan pahala yang berlipatganda. Sedangkan secara psikologis, pada bulan Muharram ini kita dianjurkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan mulia dan dilarang melakukan perbuatan haram lagi tercela.

Keutamaan bulan Muharram ini bisa dijadikan sarana untuk menempah kepribadian bangsa Indonesia di tengah bencana moral. Bila amalan-amalan bulan ini disambut dengan iman, Islam dan ihsan secara terpadu, maka akan menghasilkan pribadi-pribadi yang mulia.

Bagaimana tidak? Pada bulan Muharram ini kita harus meneladani sejarah hijrah Nabi Muhammad yang melahirkan peradaban dan periode keemasan di Madinah. Menjiwai watak kepribadian kaum Muhajirin dan Anshar yang mengagumkan. Jiwa altruis (al-itsar) yang saling mengasihi dan menyayangi, tolong-menolong, menggalang persatuan dan membangun komitmen lewat Piagam Madinah sebagai acuan menyejahterakan bangsa.

Baca Juga: Apa Agama Coki Pardede? Biodata Komika yang Pernah Tuai Kontroversi Soal Agama, Kini Ditahan Terkait Narkoba

Pada bulan Muharram ini kita disunahkan berpuasa tasu’a dan Asyura, puasa Senin dan Kamis maupun puasa pertengahan bulan (ayyaamul bidh). Melalui puasa ini, kita diajarkan empati dengan perjuangan para nabi terdahulu, melatih kesabaran, memiliki keuletan, ketangguhan dan menjadi perisai emosi agar tidak menjadi bangsa pemarah tetapi bangsa yang damai penuh kasih dan sayang.

Pada bulan Muharram ini, juga populer dengan faidah Asyura (10 Muharram) yang penting kita amalkan. Berkaitan dengan ini, Al-Hafizh Ibnu al-Jauzi al-Hanbali (508-597 H/1114-1201 M) dalam kitab Al-Majalis, halaman 73-74, yang diterbitkan Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, seorang ahli hadits mazhab Hanbali, menjelaskan kebiasaan para ulama pada hari Asyura.

Mari kita bangkit dan tingkatkan penghayatan tahun baru Islam ini. Membangkitkan motivasi hijrah kebangsaan dari perilaku buruk menjadi bangsa yang semakin berkepribadian, semakin merekatkan persaudaraan, mengerahkan potensi secara maksimal untuk membantu orang lain, membantu agama, dan membantu negara.

 باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Baca Juga: Bukan Orang Sembarangan! Ini Biodata, Bisnis, IG, dan Agama Indra Kenz, Pengusaha yang Beri Lord Adi 50 Juta

Khutbah II

Halaman:

Editor: Ferhadz A. Muhammad


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah