Kultum Penutupan Ramadhan Tentang Konsistensi Ibadah Pasca Ramadhan

- 1 Mei 2022, 17:40 WIB
Jadwal imsakiyah, shalat dan buka puasa bagi Anda yang berada di Kota Yogyakarta, Minggu 1 Mei 2022/29 Ramadhan 1443 H.
Jadwal imsakiyah, shalat dan buka puasa bagi Anda yang berada di Kota Yogyakarta, Minggu 1 Mei 2022/29 Ramadhan 1443 H. /Foto dari pixabay.com/

Rembang Bicara – Berikut adalah rekomendasi naskah kultum penutupan Ramadhan tentang konsistensi ibadah pasca Ramadhan.

Sebagai muslim yang taat dan mengetahui berkah dan kelipatan pahala dari setiap amal yang dikerjakan di bulan Ramadhan.

Tentunya banyak umat muslim yang meningkatkan kualitas ibadah mereka hingga seratus persen lebih tinggi dari pada bulan-bulan biasa.

Namun apakah kualitas ibadah yang seperti itu hanya di bulan Ramadhan saja? Alangkah baiknya kualitas ibadah semacam itu harus selalu konsisten meskipun telah berada diluar Ramadhan.

Baca Juga: Sempat Terjadi Kontroversi Soal Penjualan Tiket, Ini Kondisi Terkini Penjualan Tiket Daihatsu Indonesia

Untuk itu, simak kultum penutupan Ramadhan yang berisikan tentang konsistensi ibadah pasca Ramadhan, teks lengkapnya sebagai berikut:

Bukan berarti Ramadhan telah berlalu, kemudian semangat ibadah kita tidak sebesar ketika hari-hari puasa dulu. Satu bulan Ramadhan, 29 atau 30 hari berpuasa, dengan segala ragam ibadah wajib dan sunnah di dalamnya, seharusnya mampu memperkokoh benteng keimanan kita. Ibarat sebuah lembaga, bulan Ramadhan adalah madrasah yang mendidik umat Muslim menjadi pribadi yang tahan banting, pribadi yang memiliki imunitas iman kebal tak terkalahkan.  

Para ulama sendiri menjelaskan bahwa salah satu tanda diterimanya amal ibadah seseorang selama bulan Ramadhan adalah ia masih bisa menjaga konsistensi ibadah setelah bulan ini berlalu. Salah seorang ulama kenamaan dari madzhab hambali, Syekh Ibnu Rajab al-Hambali pernah menjelaskan,

مَنْ عَمِلَ طَاعَةً مِنَ الطَّاعَاتِ وَفَرِغَ مِنْهَا فَعَلَامَةُ قَبُوْلِهَا أَنْ يَصِلَهَا بِطَاعَةٍ أُخْرَى وَعَلَامَةُ رَدِّهَا أَنْ يَعْقِبَ تِلْكَ الطَاعَةَ بِمَعْصِيَةٍ مَا أَحْسَنَ اْلحَسَنَةَ بَعْدَ السَّيِّئَةِ تَمْحُوْهَا وَأَحْسَنُ مِنْهَا بَعْدَ الْحَسَنَةِ تَتْلُوْهَا.  

Artinya, "Siapa yang melakukan suatu amal ibadah dan telah rampung melaksanakannya, maka tanda diterima amal tersebut adalah diiringi dengan amal ibadah yang lain. Sebaliknya, jika amal ibadah itu tidak diterima oleh Allah ta'âlâ, maka amal tersebut diiringi dengan kemaksiatan. Betapa baik amal ibadah yang dilakukan setelah perbuatan maksiat sehingga menghapus dosa maksiat. Lebih baik lagi jika amal ibadah tersebut diikuti ibadah berikutnya." (Ibnu Rajab, Lahtâiful Ma’ârif, 1997: 262)  

Halaman:

Editor: Ahmad Choirul Furqon

Sumber: NU Online


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah