Meresapi Lara-Dialog Senja: Lagu Ambyar Bagi Umat Indie

- 5 Oktober 2020, 19:29 WIB
Raden dan Jamil dalam official poster Dialog Senja.
Raden dan Jamil dalam official poster Dialog Senja. //Djarumcokelat.com

Rembang Bicara - Tidak bisa dimungkiri, bagi sebagian orang, patah hati adalah satu situasi yang sangat sulit untuk dilewati. Terlalu banyak kenangan manis yang susah dilupakan, terlalu sukar untuk menghapus bayangan dan jejak-jejak kebersamaan masa lalu yang tertinggal.

Dalam proses melupakan dan perjuangan sembuh dari rasa sakit, pasti terjadi momen tarik-ulur antara hati (ego) dan logika. Dua hal yang mesti bertolak belakang satu sama lain. Di mana ego cenderung meminta kita untuk bertahan; menjebak kita pada angan-angan semu untuk kembali bersatu.

Sementara logika mencoba membuka mata dan pikiran agar lebih realistis; sebab segala yang sudah berakhir, sangat mustahil untuk dimulai kembali. Karena hati yang telah hancur berkeping-keping, dan rasa yang sudah terlanjur berantakan, tidak akan pernah menjadi utuh sebagaimana sediakala.

Di titik itu, kita memang tidak diberi pilihan lain, selain menerima segala luka, meresapi, serta memeluknya sebagai bagian dari siklus hidup yang harus kita jalani. Seperti yang tergambar dalam lagu “Lara” gubahan Dialog Senja.

Baca Juga: Makna Mendalam Lagu Sulung dari Kunto Aji

Dialog Senja merupakan grup musik bergenre pop folk asal Sukabumi yang digawangi oleh duo; Raden Rukhiyat dan Jamil Hasyani. Nama Dialog Senja sendiri merupakan akronim dari nama keduanya yaitu, Dialog Sama radEN dan JAmil, yang kalau potongan huruf-huruf kapital tersebut disatukan, jadinya adalah Dialog Senja.

Terbentuk sejak 2015, grup ini baru merilis mini album bertajuk “Lara” pada 2017. Dan di antara tujuh trek yang termuat dalam mini album tersebut, lagu "Lara" menjadi lagu yang paling banyak didengar—dan digandurngi—khususnya oleh kumpulan orang-orang patah hati. Yah, bisa dibilang, “Lara” merupakan lagu ambyarnya umat indie tanah air.

Dalam pembukaan “Lara” kita akan disuguhi bait-bait puisi yang dibacakan dengan liris dan penuh kemurungan oleh Raden:

Ketika senja datang
Ku merasa setengah diriku menghilang
Bagaikan tak berdosa
Kau hancurkan rasa yang selama ini kutanam

Saat semuanya telah pergi
Bayangmu kembali mengisi

Entah apa yang kau mau
Ku tak berhak lagi 'tuk mengungkit kembali

Dari puisi tersebut, begitu terasa rona patah hati dan emosi yang menggebu. Diilustrasikan, seorang yang sudah merasa kosong dan hancur setelah ditinggalkan, tiba-tiba harus dihadapkan dengan situasi dilematis; kembalinya sesorang yang telah pergi dan menyakiti. Kemudian disambung dengan nada setengah putus asa pada lirik:

Menghapus tinta yang pernah kau lukis di kanvas hatiku
Merobek semua bayangan yang tampak di relung sukmaku

Ego t'lah menghasutku
'Tuk kembali padamu
Namun logika berkata
Baiknya 'ku menjauh

Jauh
Jauh
Jauh
Jauh

Inilah bagian yang menggambarkan betapa peliknya urusan rasa. Bentrok antara ego dan logika berpilin sewaktu-waktu; membuat hati kian bimbang untuk mengambil keputusan terbaik. Dialog Senja kemudian membawa kita hanyut dalam situasi serba dilema itu, ketika pada lirik selanjutnya (dengan mengulang lirik yang sama sebelumnya), Raden membawakannya dengan setengah berteriak; membuat kita turut meresapi ke-ambyaran yang cukup mendalam.

Baca Juga: Pesona Nada Salendro dari Rindik, Alat Musik Khas Bali

Belakangan, “Lara” memang berhasil menyita perhatian khalayak bucin-milenial. Lebih-lebih karena lagu ini di-cover dan dijadikan backsound video bernuansa patah hati. Untuk menikmati versi aslinya, buka saja di mesin pencarian lagu Spotify, dan rasakan sensasi emosional dan sesak di dada kalian masing-masing.

 

 

 

 

Editor: Aly Reza


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah