Sedangkan bulan ke sembilan yang sekarang dikenal dengan sebutan ramadhan diambilkan dari kata "romadho" yang berarti terik, panas, dan membakar. Adapun kata syaban diambil dari keadaan di bulan ke delapan.
"Pengelompokan-pengelompokan disebar disebut dengan tasya'ub. Keadaannya disebut dengan syaban. Di bulan syaban, bulan yang ke delapan masyarakat seperti tadi yang diuraikan mereka bertugas menyebar mencari sumber-sumber air untuk ditambung dan dikumpulkan sebagai persiapan di bulan yang ke sembilan yaitu bulan ramadhan," Ungkap Ustadz Adi Hidayat
Menariknya, semakin ke sini makna dari bulan syaban mengalami pelebaran. Dari makna yang dulu menunjukkan suasana, iklim, cuaca, yang panas membakar, yang terik luar biasa.
Maka secara metafora makna itu di bawah dalam nilai-nilai syariat, dalam nilai pendidikan spiritual.
Dari pernyataan tersebut, Ustadz Adi Hidayat mengajak umat islam yang beriman untuk mempersiapkan air-air spritiul seperti berpuasa dan menunjukkan keseriusannya dalam menyambut bulan ramadhan.
"Seperti pernah diajarkan oleh Nabi, riwayatnya tersambung kepada Syayyidah Aisyah RA, kepada Ummu Salamah RA dan sahabat-sahabat Nabi yang lain," tambahnya.
"Mereka mengatakan seperti dikutip oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam An Nasa'i dalam kitab-kitab mereka bahwa sejak syaban, Nabi seringkali terlihat, disaksikan banyak menunaikan ibadah syiam," Ungkap Ustadz Adi Hidayat.***