Jual Beli Serangan PDIP Vs Demokrat Menggelikan

11 Oktober 2020, 13:44 WIB
Demo UU Cipta Kerja, bukan untungkan PDIP atau Demokrat. /ANTARA FOTO

Rembang Bicara – Cah, jika di lapangan sepak bola kalian sering mendengar istilah ‘jual beli serangan’ antara dua tim yang sedang bertanding, pun hal yang sama juga ada di dalam lapangan politik.

Bedanya, dalam sepak bola ada wasit dan lembaga pemilik otoritas tertinggi yang turut mengawasi permainan dengan standar fair-play.

Kalau ada yang berbuat macam-macam, apalagi sampai memantik onar, pasti langsung dapat teguran.

Biasanya pola yang adil seperti itu berlangsung di luar negeri. Ya meskipun terkadang masih ada laga di sana yang dinilai timpang, namun kesemrawutannya nggak sebanding dengan yang terjadi di Indonesia.

Kalian pasti masih ingat saat kisruh pengaturan skor yang melibatkan semua elemen, sampai pengurus induk sepak bola nasional, kan? Kompak banget unfair-nya.

Entah di negara lain ada apa tidak yang bisa menyaingi kekompakan dalam keburukan itu.

Baca Juga: Cerita di Balik Demonstrasi, Emak-emak Turun Tangan Hadang Mobil Polisi

Sementara di dalam politik, fairplay hanya berlaku momentuman saja, atau bahkan minim sekali pelaksanaannya. Semua itu bergantung pada kedewasaan para pemain.

Sebab otoritas tertinggi dalam politik bukan berada di dalam lembaga, melainkan di luar arena, yakni rakyat.

Jelas berbeda dengan sepak bola, di mana pemilik otoritas juga aktif berkecimpung di dalamnya.

Di luar negeri, seperti Amerika Serikat, jual beli serangan antara Demokrat dan Republik berlangsung normal. Kalau toh ada yang walk out atau protes terhadap lalwannya, semua dilaksanakan secara konstitusional.

Sedangkan di Indonesia, jual beli serangan terlihat asal-asalan, kasar, dan tidak berseni sama sekali. Malahan lebih bagus gobak sodor yang dimainkan anak-anak di kampung.

Bayangkan, alih-alih berdebat secara konstitusional pada Senin, 5 Oktober 2020, tiba-tiba ada kejadian mikrofon anggota Fraksi Partai Demokrat dimatikan, sehingga memicu walk out Demokrat.

Baca Juga: Jawa Tengah, This is Sikap Gubernurmu Ganjar Pranowo

Besoknya, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Puan Maharani dari PDI Perjuangan, diserang oleh politisi Demokrat.

Anggota PDIP yang lain pun merespon serangan itu dengan langsung menyindir strategi Demokrat sudah basi.

Demokrat segera menghantam balik PDIP sembari menceritakan kejadian yang lalu tatkala PDIP juga walk out dalam sidang kenaikan harga BBM.

Sebenarnya tidak mengapa jual beli serangan seperti itu berlangsung. Demokrasi sudah menjaminnya kok. Namun apa yang menggelikan yakni pemicu (mikrofon mati) serta pola yang dimainkan.

Apakah ini pertanda Demokrat dan PDIP sudah tidak bisa bertarung secara fair dalam ruang sidang?

Pemilik otoritas tertinggi, rakyat, berhak menilai sekarang.***

Editor: Ferhadz A. Muhammad

Tags

Terkini

Terpopuler