Menimpakan Sakit dan Kemiskinan Adalah Cara Allah Agar Diingat Oleh Hamba-Nya

- 10 Oktober 2020, 10:19 WIB
Ilustrasi orang bermunajat.
Ilustrasi orang bermunajat. //Ali Arapoglu/Pexels

 

Rembang Bicara - Ibnu Athaillah dalam al-Hikam-nya berkata, bahwa sakit, kemiskinan, penderitaan, tidak lain adalah bagian dari wijhan min at-taaruf; cara Allah menyingkap diri agar bisa kita kenali dan dekati dengan penuh kemesraan.

Ibnu Athaillah menegaskan kepada kita, jangan bersedih hanya gara-gara harta atau  pekerjaanmu berkurang. Jangan susah jikalau kita sedang di fase menderita. Sebab itu adalah cara agar kita mengenali-Nya, mengingat-Nya, lantas kembali berdekatan dengan-Nya.

Maulana Jalaluddin Rumi berkata dalam Fihi Ma Fihi-nya, "Antara hamba dan Allah hanya dipisahkan oleh dua selubung; kesehatan dan kekayaan. Kita ini hanya bisa ingat dan intens berdekatan dengan Allah Swt. hanya jika dua tabir tersebut dibuang."

Baca Juga: Penyebar Hoax UU Cipta Kerja sampai Bikin Demo Ricuh Ditangkap, Ini Profilnya

Karena jika dua tabir tersebut hilang, yang tersisa tinggal sakit dan kemiskinan. Dan pada momentum ini lah seseorang akan mengakui kelemahan-Nya di hadapan Allah Swt.

Sebab dalam keadaan sakit, pasti kita akan banyak nelangsanya, dalam keluh kesah selalu mengingat Allah. Ketika kita dalam kondisi miskin pun demikian. Maka tidak salah sebenarnya jika ada orang yang baru rajin ibadah justru saat dia sakit-sakitan atau ketika sedang ditimpa ujian.

Sebab hanya dengan cara itu seorang hamba bisa berdekatan dengan Allah dalam arti yang sedekat-dekatnya.

Baca Juga: Pentas Teater Daring 'Aku, Istri Munir' Ulik Kehidupan Suciwati Pasca Munir Dibunuh

Halaman:

Editor: Aly Reza


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah