Perkiraan Waktu dan Tanda Datangnya Masa 'Sabda Palon Nagih Janji'

- 3 Oktober 2020, 16:26 WIB
Ilustrasi naskah kuna.
Ilustrasi naskah kuna. //PIXABAY

Temuan tahun ini merujuk pada Serat Sabda Palon pupuh 7 berbunyi: “Sinengkalan tahunira/Lawon Sapta Ngesthi Aji (Candra sengkala atau lambang tahun datangnya/Lawon Sapta Ngesthi Aji/1978 Saka).

Tahun 1978 Saka kalau dihitung dengan satuan Masehi, maka ketemunya adalah tahun 2056. Jadi, jika menggunakan teori ini, mungkin saja tibanya masa Sabda Palon nagih janji itu sekitar tahun tersebut.

Dengan kata lain, kita juga harus bersiap-siap,  karena—merujuk tanda-tanda di pupuh-pupuh yang sudah kita bahas tadi—bisa jadi di tahun 2056 bakal terjadi banyak bencana alam yang lebih dahsyat, termasuk kedatangan pageblug atau wabah (lagi) yang mengerikan lagi mematikan.

Kemudian, apa tho sebenarnya yang dijanjikan oleh Sabda Palon di masa 500 tahun pasca keruntuhan Majapahit tersebut?

Beberapa kelompok Kejawen radikal meyakini bahwa, Sabda Palon hendak mengembalikan agama asli masyarakat Jawa, yaitu agama Budhdhi/Budhdhisme/Budhdha. Agama yang menjadi ideologi resmi kerajaan-kerajaan Jawa—khususnya Majapahit—sebelum masuknya agama Islam.

Kayakinan meraka bersandar pada Serat Sabda Palon pupuh 4 yang berbunyi: “Wit dinten punika/Kula gantos kang agami/Gama Budhdhi sun sebar ing tanah Jawa (Pada hari itu/Saya akan mengganti agama (di Jawa)/Agama Budhdhi akan saya sebar di tanah Jawa).”

Namun ada juga yang berpandangan—salah satunya Sujiwo Tejo—yang dimaksud Budhdhi di sini bukanlah agama sebagai sistem lembaga. Melainkan lebih ke ajaran keluhuran budi atau tata krama untuk ndandani (memperbaiki) moral masyarakat Jawa yang sudah tidak karu-karuan, terlepas dari apa pun agama yang dianut.

Beberapa kelompok Islam beranggapan, agama Budhdhi yang dimaksud tidak lain adalah agama Islam. Karena prinsip utama dalam Islam adalah akhlak dan moralitas, sebagaimana tertuang dalam hadis Nabi yang berarti, “Aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan akhlak (manusia).”

Tapi, lagi-lagi, anggapan ini disanggah oleh kelompol Kejawen radikal. Mereka bersikukuh meyakini bahwa, agama Budhdhi itu adalah Budhdhisme, bukan Islam. Karena dalam Serat Sabda Palon pupuh 1-3 digambarkan, Sabda Palon menolak keras ketika diminta memeluk agama Rasul (Islam) oleh Prabu Kerthabhumi (Brawijaya V).

“Yen kawula mboten arsi ngrasuka agama Rasul/Wit kula punika yekti Ratuning Dang Hyang Jawi (Hamba tidak mau memeluk agama Rasul (Islam)/Sebab hamba adalah Raja Dang Hyang tanah Jawa).” Begitu penolakan Sabda Palon yang terekam dalam pupuh 3.

Halaman:

Editor: Aly Reza


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x