Tari Legong Khas Bali, Warisan Budaya yang Bermula dari Mimpi Seorang Raja

- 8 Oktober 2020, 21:02 WIB
Tari Legong Lasem klasik
Tari Legong Lasem klasik /

Rembang Bicara - Siapa yang tak kenal dengan Pulau Bali? Pulau Dewata yang menjadi surga kecil sebagai tempat dan destinasi liburan bagi wisatawan asing maupun wisatawan lokal.

Ketika berkunjung ke Bali, pengunjung kerap kali disambut oleh sebuah tarian khas Bali dimana penarinya memakai pakaian adat Bali serta kipas dan kembang goyang yang disebut dengan Tari Legong.

Tari Legong adalah tarian tradisional yang berasal dari Pulau Dewata, Bali. Kata Legong diambil dari kata “leg” yang artinya gerakan tari yang luwes, dan kata “gong” diambil dari nama alat musik tradisional yang mengiringi tarian yaitu gamelan. 

Baca Juga: Ungkapan Syukur Suku Moy dalam Bentuk Tari Wutukala

Sejarah awal tarian ini bermula dari mimpi seorang raja  Sukawati, Gianyar, bernama Raja I Dewa Agung Made Karna atau lebih dikenal sebagai raja Sukawati yang saat itu sedang sakit. 

Ia bermimpi melihat 2 orang wanita yang menari dengan anggunnya sembari diiringi oleh alunan musik tradisional gamelan. 

Ketika sang raja pulih dari sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam bentuk tarian dengan gamelan lengkap.

Baca Juga: Potret Manis Hayeon, Adik Taeyeon SNSD yang Debut Resmi Solo

Pada awalnya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton.

Saat gerakan lengkap, dia menamakan tariannya Tari Sang Hyang Legong dengan para penari yang memakai topeng.

Istilah Sang Hyang merujuk pada tarian sakral dan berhubungan dengan ritual adat.

Baca Juga: Fantastis! Ikan Cupang Termahal di Indonesia, sampai Rp25 juta!

Karena sakral, Tari Legong dipentaskan di halaman pura dan puri (istana) pada hari-hari tertentu di wilayah keraton-keraton di Bali pada abad ke-19.

Tari Legong akhirnya keluar dari lingkup puri dan dipelajari oleh rakyat kebanyakan serta menyebar ke beberapa daerah di Bali.

Beberapa gerakan diubah, ada yang ditambah dan ada yang dikurangi dan tak lagi memakai topeng. Sehingga tari legong yang kita nikmati saat ini sejatinya berbeda dengan tari legong pada awal mulanya. 

Baca Juga: Trump Keberatan dengan Rencana Komisi Untuk Debat Virtual

Pada tahun 1928 seiring perkembangan politik Nusantara, evolusi atau lebih tepatnya transformasi membawa tarian ini berubah dari tarian adat menjadi tari hiburan.

Sejak tahun 1931 tari ini disajikan untuk tamu yang berkunjung di Bali dan kemudian menjadi tari wisata.

Setidaknya terdapat sekitar 18 Tari Legong yang dikembangkan Bali selain Tari Legong Lasem (Legong Kraton) yang merupakan tari legong paling tua.

Baca Juga: Karena UU Ciptaker, Pagi ini Situs DPR RI Diretas Hacker

Ada Legong Jobog yang menceritakan Subali–Sugriwa yang menjadi kera ketika berebut ajimat, Legong Legod Bawa tentang persaingan dewa Wisnu dan dewa Brahma untuk mencari lingga Dewa Syiwa. Ada juga Legong Kuntul, Legong Asmaradana, Legong Sudarsana, Legong Andir, Legong Playon dan Legong Mintaraga.

Tari Legong Keraton ditetapkan sebagai warisan budaya dunia non benda oleh UNESCO pada tahun 2015.*** 

 

Editor: Ferhadz A. Muhammad


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x