Dalam berdakwah ia dikenal sangat bijak. Hal-hal yang sudah akrab dalam masyarakat digunakan sebagai alat untuk berdakwah, seperti Menara Kudus yang bangunannya mirip dengan pura. Sehingga masyarakat yang mayoritas Hindu tidak sungkan masuk ke dalam masjid.
Di dalam masjid inilah Sunan Kudus memberikan wejangan kepada masyarakat.
Karena mayoritas masyarakat Kudus beragama Hindu, maka ia melarang pengikutnya untuk menyembelih sapi. Ini merupakan bentuk toleransi kepada mayoritas Hindu.
Melalui sapi inilah Sunan Kudus menggunakannya sebagai media dakwah. Ia mengatakan bahwa dalam Al-Quran juga terdapat cerita sapi yang dimuliakan, yaitu surat Al-Baqarah.
Dengan metode seperti ini, pribumi Kudus berbondong-bondong memeluk Islam, sehingga Kudus menjadi salah satu pusat keislaman di Nusantara dan menjadi kota Santri. ***