Jaringan Teroris Dibalik Kematian Seorang Guru di Prancis, Presiden : Ini adalah Pertempuran Kami

17 Oktober 2020, 19:19 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah, berdasi). /Instagram @emmanuelmacron/

Rembang Bicara – Beberapa waktu lalu, Prancis dihebohkan oleh berita seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad dari surat kabar Charlie Hebdo di kelasnya.

Tidak berselang lama, guru tersebut ditemukan sudah tidak bernyawa di luar sekolah tempatnya mengajar, tepatnya di Conflans-Sainte-Honorine.

Setelah menemukan mayat profesor geografi itu, polisi langsung mengejar pelaku. Saat sudah terpojok, pelaku menolak menyerahkan diri, sehingga tidak ada pilihan bagi polisi selain menembaknya. Pelaku pun tewas seketika.

Melalui penyelidikan hakim anti-teror, ditemukan fakta bahwa guru tersebut dibunuh secara sadis oleh empat pelaku dengan cara dipenggal kepalanya.

Terkait motif pelaku, Jaksa anti-teror mengatakan pembunuhan itu sebagai "pembunuhan yang berhubungan dengan organisasi teroris".

Baca Juga: Abdul Hafidz Dilaporkan ke Bawaslu Rembang, Ada Apa?

Fakta tersebut membuat Presiden Prancis, Emmanuel Macron, langsung angkat bicara beberapa saat setelah mengunjungi perguruan tinggi tempat profesor yang terbunuh itu bekerja.

“Salah satu rekan kami dibunuh hari ini karena dia mengajar. Ia mengajari siswanya tentang kebebasan berekspresi, kebebasan untuk percaya atau tidak percaya.

Itu adalah serangan pengecut. Dia adalah korban serangan teroris Islam, ” kata Macron sebagaimana ditulis oleh theguardian pada Sabtu, 17 Oktober 2020.

Marcon juga mengajak kepada seluruh rakyat untuk bersama-sama menyatakan perang melawan terorisme.

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Sebut UU Omnibus Law Punya Tujuan Mulia

“Ini adalah pertempuran kami dan ini eksistensial. Mereka [teroris] tidak akan berhasil ... Mereka tidak akan memecah belah kita," lanjutnya.

Sebelum kejadian ini, Prancis juga pernah mengalami tragedi penyerangan yang dilakukan oleh para anggota jaringan teroris.

Pada Januari 2015, teroris Islam Saïd dan Chérif Kouachi menembak mati 12 orang di dalam dan sekitar kantor Charlie Hebdo.

Keesokan harinya, pria bersenjata Amédy Coulibaly menembak mati seorang polisi wanita dan membunuh empat orang Yahudi di supermarket kosher Hyper Cacher. Kouachi bersaudara dan Coulibaly tewas dalam baku tembak terpisah dengan polisi.***

Editor: Ferhadz A. Muhammad

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler