Terungkap! Ini Dia Dalang Dibalik Penghinaan Nabi Muhammad SAW dan Erdogan

- 28 Oktober 2020, 19:08 WIB
Majalah Prancis, Charlie Hebdo, jadikan karikatur Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berperilaku cabul sebagai cover.
Majalah Prancis, Charlie Hebdo, jadikan karikatur Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berperilaku cabul sebagai cover. /Twitter/ @CharlieHebdo

Rembang Bicara - Presiden Prancis Emmanuel Macron tengah menjadi sorotan dunia, terutama dari negara-negara mayoritas Muslim, lantaran dianggap telah menyinggung agama Islam dan Nabi Muhammad SAW.

Macron mengeluarkan pernyataan anti-Islam di Prancis yang  memicu protes di negara-negara Muslim tak terkecuali Indonesia.

Berawal dari komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap pemenggalan kepala seorang guru yang pernah mempertontonkan kartun kontroversial yang menggambarkan Nabi Muhammad di salah satu kelasnya tentang kebebasan berekspresi.

Baca Juga: Berkunjung ke Sri Lanka dan Maladewa, Menlu AS Pompeo Kampanyekan Anti-Tiongkok

Ternyata Charlie Hebdo, majalah satire Prancis, menerbitkan edisi terbaru dengan cover atau halaman depan menampilkan kartun yang menggambarkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berperilaku cabul.

Karikatur atau kartun tersebut menunjukkan Erdogan dengan kaus dan celana dalam, minum sekaleng bir dan mengangkat rok seorang wanita yang mengenakan jilbab untuk memperlihatkan pantat telanjangnya.

Majalah itulah yang sebelumnya menerbitkan kartun yang menghina Nabi Muhammad yang memicu serangan dan pembantaian di kantor redaksinya pada rahun 2015.

Baca Juga: Kemenag Sediakan Materi Khutbah Jumat yang Bisa Diakses Secara Gratis Melalui Link Ini!

Karikatur halaman depan Charlie Hebdo edisi Rabu telah dirilis online pada Selasa malam.

Kartun nabi itu pula yang dipertontonkan guru kepada para muridnya dalam diskusi kebebasan berekspresi di kelas sebuah sekolah di pinggiran Paris.

Guru bernama Samuel Paty tersebut akhirnya dibunuh dengan cara dipenggal pada 16 Oktober lalu oleh remaja Chechnya yang mengungsi di Prancis.

Baca Juga: Habib Bahar Terlibat Penganiayaan Lagi, Kali Ini terhadap Sopir Taksi

“Dosa majalah Prancis yang tak termaafkan karena menghina Nabi Suci (SAW) pernah mengungkap permusuhan dan kebencian pusat-pusat politik dan budaya dunia Barat terhadap Islam dan komunitas Muslim,” kata Ayatollah Khamenei.

Artikel ini telah dimuat Pikiran-rakyat.ringtimesbali.com sebelumnya dengan judul "Presiden Prancis Emmanuel Macron Lecehkan Islam dan Hina Nabi Muhammad, Umat Kristen Bereaksi

Dia mengatakan kebebasan berekspresi disalahgunakan oleh beberapa politisi Prancis untuk tidak mengutuk kejahatan sebesar itu. Ini "sepenuhnya salah dan demagogis," kata sang Leader.

Baca Juga: Pandangan Mbah Maimoen Zubair Terkait Sumpah Pemuda

Kebijakan anti-Islam yang mendalam dari Zionis dan pemerintah yang arogan adalah penyebab dari gerakan bermusuhan tersebut, kata Ayatollah Khamenei.

"Langkah saat ini juga bisa menjadi ukuran untuk mengalihkan perhatian negara-negara dan pemerintah Asia Barat dari plot jahat Amerika Serikat dan rezim Zionis untuk wilayah tersebut."

Negara-negara Muslim, terutama negara-negara Asia Barat, harus menjaga kewaspadaan mengenai masalah-masalah di kawasan sensitif ini dan tidak pernah melupakan permusuhan politisi dan penguasa Barat terhadap Islam dan Muslim.

Baca Juga: Memperingati Maulid Nabi, Pahami Pendapat KH Hasyim Asy'ari Soal Singkatan di Belakang Nama Muhammad

Dalam langkah sembrono dan provokatif, majalah satir Prancis Charlie Hebdo pada 2 September menerbitkan ulang kartun yang sama tentang Nabi Muhammad (SAW) yang memicu serangan mematikan terhadap majalah tersebut pada tahun 2015.

Pada tanggal 3 September, Teheran mengecam keras majalah Prancis itu dengan mengatakan penghinaan terhadap nabi Islam dan nabi ilahi lainnya tidak dapat ditolerir sama sekali.

“Tindakan ofensif majalah Prancis, yang diulangi dengan dalih kebebasan berbicara, telah melukai perasaan monoteis dunia, merupakan langkah provokatif dan penghinaan terhadap nilai-nilai dan keyakinan Islam lebih dari satu miliar Muslim di dunia," Juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Soal Polemik Pernyataan Macron, Ketua Komunitas Muslim Terbesar di Rusia: Anda Memicu Terorisme

Khatibzadeh membela kebebasan berbicara tetapi juga menyarankan bahwa masalah yang berkaitan dengan kontroversi Charlie Hebdo bukanlah tentang kebebasan berbicara, tetapi tentang serangan terhadap "hidup berdampingan secara damai antara manusia".

“Berbeda dengan langkah ofensif yang dilakukan oleh majalah, kebebasan berbicara adalah nilai yang sangat tinggi yang harus digunakan secara konstruktif sejalan dengan hidup berdampingan secara damai dari umat manusia dan pemahaman lebih lanjut antar agama,” kata juru bicara tersebut, menurut Kementerian Luar Negeri. situs web.*** (Putu Diah Anggaraeni/ringtimesbali.pikiran-rakyat.com)

 

Editor: Ferhadz A. Muhammad

Sumber: Ringtimes BALI (PRMN)


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x