Profil, Biografi Lengkap Pahlawan Nasional KH. Hasyim Asy'ari Serta Perannya dalam Kemerdekaan Indonesia

- 1 Agustus 2021, 12:00 WIB
Sosok KH Hasyim Asyari
Sosok KH Hasyim Asyari /Tebuireng.online.com/

Rembang Bicara – Profil KH Hasyim Asyari sempat menjadi sorotan. Pasalnya, nama pendiri NU ini tidak dapat ditemukan di kamus sejarah. Hal ini membuat warga NU melakukan protes pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Padahal nama beliau sudah lama tercantum dalam berbagai catatan sejarah sebagai seorang tokoh nasional, dan pendiri organisasi NU.

Berikut Profil KH Hasyim Asy'ari

Hasyim Asy’ari memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim atau yang populer dengan nama Pangeran Benawa bin Abdul Rahman yang juga dikenal dengan julukan Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fatah bin Maulana Ishaq bin Ainul Yakin yang populer dengan sebutan Sunan Giri.

Baca Juga: Potret Masa Kecil Anthony Ginting, Berprestasi Sejak SD dan Satu Klub dengan Taufik Hidayat

Sementara dari jalur ibu adalah Muhammad Hasyim binti Halimah binti Layyinah binti Sihah bin Abdul Jabbar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir atau juga dikenal dengan nama Mas Karebet bin Lembu Peteng (Prabu Brawijaya VI). Penyebutan pertama menunjuk pada silsilah keturunan dari jalur bapak, sedangkan yang kedua dari jalur ibu.

Ditilik dari dua silsilah diatas, Kiai Hasyim mewakili dua trah sekaligus, yaitu bangawan jawa dan elit agama (Islam). Dari jalur ayah, bertemu langsung dengan bangsawan muslim Jawa (Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir) dan sekaligus elit agama Jawa (Sunan Giri). Sementara dari jalur ibu, masih keturunan langsung Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng) yang berlatar belakang bangsawan Hindu Jawa.

Kiai Hasyim dilahirkan dari pasangan Kiai Asy’ari dan Halimah pada hari Selasa kliwon tanggal 14 Februari tahun 1871 M atau bertepatan dengan 12 Dzulqa’dah tahun 1287 H. Tempat kelahiran beliau berada disekitar 2 kilometer ke arah utara dari kota Jombang, tepatnya di Pesantren Gedang. Gedang sendiri merupakan salah satu dusun yang terletak di desa Tambakrejo kecamatan Jombang.

Baca Juga: Link Live Streaming dan Head to Head Ginting vs Chen Long Semifinal Badminton Olimpiade Tokyo 2020

KH Hasyim Asy'ari sendiri lahir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada 14 Februari 1971. Beliau kemudian tercatat meninggal dunia pada tanggal 21 Juli 1947, di kota dan provinsi yang sama. Pemakamannya sendiri berlokasi di Tebu Ireng, salah satu daerah di Jombang.

Fiketahui bahwa ketika ia usia 15 tahun, beliau berkelana mencari ilmu ke Pesantren lain. Hal ini dilakukan karena beliau merasa belum cukup menimba ilmu yang diterima sebelumnya.

Beberapa Pesantren yang beliau singgahi antara lain: Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Trenggilis (Semarang), Pesantren Siwalan, dan Pesantren Panji (Sidoarjo). Pada tahun 1892, KH. Hasyim Asy'ari menunaikan ibadah Haji sekaligus menimba ilmu kepada Syech Ahmad Khatib dan Syech Mahfudh At-Tarmisi, merupakan guru dibidang Hadist.

Ketika pulang, beliau menyempatkan diri untuk singgah ke Johor, Malaysia. Di sana beliau mengajar kepada para santri sampai tahun 1899.

Baca Juga: Link Mudah Nonton Drama Romantis China Truth or Dare Episode 1-30 Subtittle Indonesia

Perjuangan Kemerdekaan dan Sejarah Resolusi Jihad

Puncak perjuangan yang dipelopori oleh ulama muncul setelah adanya fatwa jihad yang dikumandangkan Hadharatu syekh KH. M. Hasyim Asy’ari dan lebih dikenal dengan “Resolusi Jihad” tanggal 22 Oktober 1945, sebelum pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Resolusi itu sebagai legitimasi bagi pemerintah sekaligus kritik terhadap sikap politik yang pasif dengan agresi militer Sekutu. 

Resousi Jihad merupakan pernyataan tertulis yang disepakati oleh wakil-wakil masyarakat yang memuat tuntutan untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia sesuai dengan landasan ajaran Islam dan sejatinya meminta ketegasan pemerintah Indonesia untuk segera mendeklarasikan Perang suci atau Perang jihad. 

Revolusi jihad berawal dari peristiwa sebelumnya. Setelah kemenangan sekutu atas Jepang yang ditandai menyerahnya Jepang tanpa syarat tanggal 14 Agustus 1945, maka Indonesia memproklamirkan kemerdekaan secara de facto tanggal 17 Agustus.

Bagi NU, Belanda dan Jepang bukan lagi pemegang kekusaan yang sah. Kedatangan Belanda yang membonceng kekuatan sekutu dipandang sebagai agresi yang menentang kekuasaan muslim yang sah, yaitu pemerintahan Republik Indonesia. Maka tidak ada pilihan lain bagi NU selain berada di belakang Republik dan mengusir tentara sekutu, apapun taruhannya.

KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa dengan substansi penolakan kembalinya kekuasaan kolonial dan mengakui kekuasaan Republik Indonesia yang baru merdeka sesuai hukum Islam. 

Baca Juga: Resep Ampuh untuk Badan Pegal-Pegal Menurut dr. Zaidul Akbar, Tanpa Vitamin B Kompleks

Ringkasan Fatwa KH Hasyim Asy’ari Sebagai Berikut : 

Hoekoemnja memerangi orang kafir jang merintangi kepada kemerdekaan kita sekarang ini adalah fardhoe ‘ain bagi tiap-tiap orang Islam jang moengkin meskipoen bagi orang kafir.

Hoekoemnja bagi jang meninggal dalam peperangan melawan NICA serta komplotannja adalah mati sjahid. Hoekoemnja orang jang memetjahkan persatoean kita sekarang ini wadjib diboenoeh"

Dengan lahirnya Resolusi Jihad, semangat umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan semakin terbakar. Peristiwa heroik 10 November 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan tidak terlepas dari semangat Resolusi Jihad yang dicetuskan di markas NU, Bubutan Surabaya.***

Editor: Achmad Choirul Furqon

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah