Pesonan Hamparan Laut Jawa dan Pasujudan Sunan Bonang

8 Oktober 2020, 00:39 WIB
Pasujudan Sunan Bonang /Instagram woderfullasem

Rembang Bicara – Bagi masyarakat Rembang dan sekitarnya tentu mengenal pasujudan Sunan Bonang. Masyarakat islam Jawa mengenal Sunan Bonang yang merupakan putra dari Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila.

Sunan Bonang semasa hidupnya menyebarkan agama islam di daerah Jawa Timur sekitar Tuban.

Apabila berkunjung ke Rembang, Pasujudan Sunan Bonang menjadi aletrnatif bagi Anda yang ingin berwisata religi. Kata ‘Pasujudan’ berasal dari bahasa Jawa-Arab, yaitu ‘sujud’ dengan mendapat awalan pa dan akhiran an. Dalam bahasa Jawa, kata sujud diartikan sebagai ibadah atau menyembah Tuhan secara umum. Penambahan awalan pa dan akhiran an menjadi pasujudan berarti tempat bersujud.

Baca Juga: Pesona Indah Sang Planet Merah Ketika Berada Dekat dengan Bumi

Situs Pasujudan Sunan Bonang berada di atas sebuah bukit di tepi Pantai Binangun di wilayah Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Karena letaknya yang berada di atas bukit, Anda akan bisa menikmati hamparan Laut Jawa yang luas.

Hamparan Laut Jawa akan bertambah indah apabila Anda menikmatinya saat senja tiba. Ditemani angin semilir laut dan ombak yang tenang menggoyang pelan yang tersusun rapi di sepanjang pinggir laut.

Pada saat ini pasujudan Sunan Bonang ini berada di dalam sebuah cungkup yang ada di sebelah selatan. Di dalam cungkup ini ditemukan empat buah batu andesit berpermukaan datar.

Batu yang terbesar dipercaya sebagai pasujudan Sunang Bonang, yaitu tempat Sunan Bonang melakukan ibadah.

Baca Juga: Diduga Ada Politik Uang dari Paslon Harno-Bayu, Gus Tutut Mengadu ke Bawaslu

Ada cerita yang mengatakan bahwa batu tersebut merupakan alas untuk sholat Sunan Bonang ketika memancing di laut. Hal ini dikarenakan rumahnya terletak di dekat pantai maka salah satu pekerjaan Sunan Bonang adalah sebagai nelayan.

Pernah suatu hari ketika beliau sedang memancing di laut tanpa terasa waktu shalat asar hampir habis. Jika ia pulang ke rumah, maka akan kehabisan waktu, sehingga ia memutuskan untuk sholat di bukit dengan menggunakan batu hitam sebagai alasnya.

Pada batu ini terdapat bekas-bekas anggota badan seperti lutut, telapak tangan yang menunjukkan bekas orang shalat.

Di sebelah utara cungkup pasujudan Sunan Bonang diyakini sebagai makam Putri Cempo (Champa).

Cungkup ini memiliki segi arsitektur yang cukup indah. Empat di antara tiang penyangga cungkup tersebut terbuat dari tulang belakang ikan paus.

Baca Juga: Rembang Mulai Simulasi Pembelajaran Tatap Muka

Tokoh Putri Champa sendiri dipercaya oleh banyak orang sebagai murid Sunan Bonang. Nama aslinya adalah Bie Nang Tie. Dia ini berasal dari Champa masuk wilayah Tonkin yang dahulu masuk wilayah negara Kamboja sekarang masuk wilayah Vietnam.

Bie Nang Tie ini putri seorang dhampo awang (semacam Laksamana) kapal-kapal niaga dari negeri Champa, yang mendarat di Teluk Regol ( Bonang ).

Dari hubungan niaga antara pihak Laksamana Bie Nang Oen dengan Adipati Lasem waktu itu Pangeran (Pr) Badranala, akhirnya Bie Nang Tie di persunting sang adipati menjadi permaisuri dan kemudian namanya diubah menjadi Winarti Kumudawardhani.

Dengan nilai sejarah tinggi serta pemandangan yang menggoda, Pasujudan Sunan Bonang bisa masuk dalam daftar tempat yang akan Anda kunjungi saat di Rembang.

Editor: Dian Fitriyani

Terkini

Terpopuler