Supaya Melawan Kezaliman Tidak Malah Menimbulkan Kezaliman Baru, Ini Dawuh Imam Ghazali

- 14 Oktober 2020, 19:42 WIB
Ilustrasi keadilan
Ilustrasi keadilan /kiblat.net/

Rembang Bicara - Demonstrasi besar-besaran yang terjadi akhir-akhir ini membuat suasana batin tergoncang. Bagaimana tidak, perbuatan zalim begitu terlihat sekali saat massa aksi terlibat bentrok dengan Polisi.

Tidak hanya lewat tindakan, sesuatu yang tidak pantas diucapkan kepada pemimpin juga banyak bertebaran.

Memang dalam kaidah fikih, pemimpin yang zalim perlu untuk diingatkan, sebab ia merupakan gambaran dari kondisi kehidupan masyarakat.

Apabila pemimpin buruk, maka buruk juga masyarakatnya. Sebaliknya, apabila ia baik, baik pula yang dipimpinnya.

Oleh sebab itu, mengingatkan pemimpin sangat dianjurkan dan dibenarkan dalam fikih. Toh juga sesuai dengan tuntunan doktrin demokrasi yang banyak diaminkan oleh negara bangsa di dunia.

Baca Juga: Baca Ini! Satu Amalan Mudah yang Pahalanya Tidak Akan Terputus

Meski demikian, upaya mengingatkan tersebut tidak cocok jika dilampiaskan melalui cara-cara yang zalim pula, seperti merusak da

Mari kita belajar dari pendapat yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin-nya saat beliau menjelaskan terkait pemimpin yang zalim, sebagaimana dikutip dari website laduni.id.

“Ketahuilah, sesungguhnya dengan pemimpin tegaknya agama. Maka tidak sepantasnya pemimpin itu dihina, walaupun ia berbuat zalim dan fasiq,” (Imam Al-Ghazali, Kitab Ihya Ulumiddin, Juz 4 Hal. 96 Cet. Haramain).

Sesudah bicara demikian, al-Ghazali mengutip kalimat Amru bin 'Ash yang berkata: "Imam yang zalim lebih baik dari pada kekacauan yang tidak berpenghujung."

Baca Juga: Dawuh Gus Baha Terkait Demonstrasi

Taruhlah, misalnya, saat ini pemimpin kita, baik bupati, gubernur, atau presiden berbuat zalim, maka tetap tidak dibenarkan bagi kita mencaci apalagi sampai berbuat anarki, sebab Islam sangat menentang perbuatan buruk meski memiliki niat baik.

Di samping itu, terdapat kaidah fikih yang berbunyi al-umur bi maqasidiha, yang berarti segala sesuatu tergantung pada niat dan tujuannya. Apabila niatnya baik, sudah sepatutnya wasilah (cara) juga harus baik.

Pemahaman tersebut berdasar pada dawuh Nabi Muhammad dalam sebuah hadits yang berbunyi :

“Bukanlah pembohong orang yang mendamaikan antara manusia, ia berkata baik dan menaburkan kebaikan," (HR. Bukhari dan Muslim).

Jadi marilah kita mengutuk dan memerangi segala bentuk kezaliman melalui langkah dan perbuatan yang penuh kebajikan, bukan malah menimbulkan kezaliman baru. Wallahu A’lam.***

Editor: Ferhadz A. Muhammad


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x