Kwik Kian Gie, Akui Takut Kritik Rezim Jokowi, Ternyata Ini Alasannya

9 Februari 2021, 15:30 WIB
Kwik Kian Gie. ///Instagram @kwikkiangieotentik

Rembang Bicara - Kritik dalam negara demomrasi merupakan hal yang sangat lumrah. Hal tersebut dapat memberikan Check and balance kepada pemerintah.

Namun, ekonom Kwik Kian Gie mengaku takut menyampaikan pendapat berbeda atau berlawanan dengan pemerintah saat ini.

Kwik khawatir usai mengemukakan pendapat berbeda dengan rezim akan langsung diserang buzzer di media sosial.

Pernyataan ini diungkap Kwik di akun Twitter pribadinya, @kiangiekwik. Pandangannya, pendapat berbeda yang diutarakan bukan untuk menyerang, melainkan memberi masukan alternatif yang mungkin bisa digunakan.

Baca Juga: Maheer At-Tahuwailibi Meninggal, Novel Baswedan Kritik Polisi

"Saya belum pernah setakut saat ini mengemukakan pendapat yang berbeda dengan maksud baik memberikan alternatif. Langsung saja di-buzzer habis-habisan, masalah pribadi diodal-adil," cuit Kwik Kian Gie, Senin, 8 Februari 2021.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Industri era Presiden Abdurrahman Wahid itu lalu membandingkan saat dirinya menyampaikan kritik saat Soeharto berkuasa.

Kwik mengungkap bahwa dirinya leluasa melontarkan kritik ke rezim Orde Baru di kolom Harian Kompas. Menurutnya, kritik yang dirinya sampaikan saat itu juga tergolong tajam.

Baca Juga: Usai Ribut Rasisme, Natalius Pigai Bertemu Abu Janda, Ketua KNPI: Aneh Sekali

"Kritik-kritik tajam, tidak sekalipun ada masalah," tambahnya.

Pernyataan Kwik ini mendapat respon beragam. Bahkan banyak beberapa pengikutnya yang mempertanyakan posisi Kwik saat pada era Presiden Jokowi sekarang.
Diketahui, Kwik merupakan anggota PDI-Perjuangan (PDIP), partai yang juga menjadi tempat Presiden Joko Widodo bernaung. Kwik mengatakan bahwa dirinya masih menjadi kader PDIP.

Namun, menurut Kwik, meski satu partai tidak lantas dirinya harus terus mencari muka di hadapan Jokowi.
"Tetap kader sampai saat ini. Satu partai dengan Pak Jokowi. Tapi kan tidak lantas harus menjilat terus dan mencari muka terus? Hubungan dengan Mbak Mega masih super (dekat)," ujarnya.

Baca Juga: Ucapkan Selamat Hari Pers Nasional, AHY Sebut Masyarakat Butuh Informasi yang Bisa Dipercaya

Di lain sisi, Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan pemerintah membutuhkan kritik yang pedas dan keras. Pramono mengibaratkan kritik, termasuk dari media massa sebagai jamu.

"Kita memerlukan kritik yang terbuka, kritik yang pedas, kritik yang keras karena dengan kritik itulah pemerintah akan membangun dengan lebih terarah dan lebih benar," ungkap Pramono dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional 2021, sebagaimana di kanal YouTube Sekretariat Kabinet, Selasa, 9 Februari 2021.***

Editor: Achmad Choirul Furqon

Tags

Terkini

Terpopuler