Disebut Kadrun dan Pengkhianat Negara, Gatot Nurmantyo: Saya Santai-Santai Saja

17 Oktober 2020, 13:59 WIB
Gatot Nurmantyo. //ANTARA

Rembang Bicara - Namanya santer diperbincangkan publik, eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo membuat klarifikasi di channel YouTube Karni Ilyas Club.

Seperti sudah diketahui, Gatot Nurmantyo akhir-akhir ini tampil sangat resistens terhadap setiap kebijakan di pemerintahan Presiden Jokowi. 

Puncaknya adalah ketika ia bersama tokoh-tokoh lain mendirikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) sebagai bentuk penolakan terhadap disahkannya UU Omnibus Law Cipta Kerja. 

Sikap kritis tersebut kemudian juga dikait-kaitkan berafiliasi dengan kelompok-kelompok demonstran yang sudah ada sebelum KAMI. Hingga akhirnya banyak yang menduga bahwa Gatot berada di pihak oposan yang dalam bahasa netizen Indonesia disebut dengan kadrun.

Baca Juga: Fahri Hamzah Tuntut Agar 575 Anggota DPR Ditangkap

Dalam video bertajuk "KARNI ILYAS CLUB - 'MANUVER' JENDERAL GATOT" yang diunggah pada Jumat, (16/10), Karni Ilyas menyinggung beberapa catatan, yaitu:

 

Menurut pembawa acara Indonesia Lawyers Club (ILC) tersebut, bahkan ada anggapan bahwa Gatot sebelumnya sudah terlibat dengan kelompok aksi massa 212 pada 2016 silam. 

Dugaan tersebut mencuat lantaran Gatot yang saat itu turut mengamankan presiden ketika menemui massa aksi 212 di Monas, memilih menggunakan kopiah putih seperti yang digunakan sebagian besar massa aksi.

Menanggapi hal tersebut, Gatot mengatakan bahwa yang dia lakukan saat itu adalah untuk membantu pemerintah agar tetap berjalan dengan kondusif.

"Bung Karni, Saya Panglima TNI (saat aksi 212 tahun 2016), tugas pokok saya adalah mendukung pemerintah agar berjalan. Saya melihat pada saat itu ada suatu ancaman," ujar Gatot.

Menurut Gatot, pendemo yang hadir saat itu ia yakini sebagai orang-orang yang baik. Mereka datang dengan membawa tujuan yang sama, taat beragama, dan mengedepankan kasih sayang.

Gatot kemudian menceritakan detail kronologi peristiwa tersebut yang intinya, ia memprediksi aksi 212 saat itu bisa saja pecah jika seandainya presiden enggan hadir. Sebab, pada aksi 411 sebelumnya, presiden tidak hadir menemui masaa.

Baca Juga: Persaingan Ketat Elektabilitas Ganjar dan Prabowo

Maka ketika pada aksi 212 tersebut presiden hadir, Gatot memilih menggunakan kopiah putih sebagai strategi untuk merebut simpati massa. Mengingat kekuatan paspampres tidak sebanding dengan jumlah pendemo yang membeludak.

Jadi bukan karena ia memang memiliki keterkaitan dengan aksi demonstrasi tersebut. 

 

 

"Tujuannya itu (menunjukkan), saya aparat, lho, tapi saya juga bagian dari Anda (massa aksi), jadi kalau saya bersuara didengar oleh mereka," akunya.

Namun demikian, Gatot mengaku maklum atas framing yang sudah kadung tertanam dalam benak publik. Ia menegaskan, bahwa tugas pokoknya pada saat itu adalah memastikan demonstrasi berjalan kondusif, dan yang terpenting adalah keselamatan presiden.

"Pada usia sekarang ini, mau dibilang kadrun, pengkhianat, ya Allah tahulah yang saya lakukan. Itu saja kunci saya, jadi saya santai-santai saja," ujar Gatot.***

 

Editor: Aly Reza

Sumber: YouTube Karni Ilyas Club

Tags

Terkini

Terpopuler