Rembang Bicara - Politikus Indonesia, Fahri Hamzah berikan komentar terkait pernyataan Menkopolhukam, Mahfud MD.
Hal ini dilatarbelakangi sebuah unggahan Mahfud MD di Twitter agar tidak menghina seseorang yang tidak sependapat dengan gambar hewan.
Unggahan ini bermula ketika Mahfud MD memberikan komentar terkait kejadian siswi di Padang yang dipaksa memakai jilbab.
"Akhir 1970-an sampai 1980-an anak2 sekolah dilarang pakai jilbab. Kita protes keras aturan tsb ke Depdikbud, setelah sekarang memakai jilbab dan busana muslim dibolehkan dan menjadi mode, tentu kita tak boleh membalik situasi dengan mewajibkan anak non muslim memakai jilbab di sekolah" tulis Mahfud MD dikutip Rembang Bicara dari Twitter.
Baca Juga: Tegas! Tanggapi Siswa Non-Muslim Pakai Jilbab, Mahfud MD Sebut Tak Boleh Balikkan Situasi Orde Baru
Lantas cuitan dari Mahfud MD tersebut dibalas oleh salah seorang netizen yang menyandingkan Natalius Pigai dengan gambar gorila.
Sontak, Mahfud MD membuat cuitan kembali bahwa jangan menggunakan hewan apabila tidak sepakat dengan seseorang.
“Kalau Anda tak suka dengan statement atau tudingan seseorang yang anda anggap ngaco, tak usahlah menghinanya dengan cacian atau gambar hewan. Diamkan saja" cuit Mahfud MD.
Lalu, Mahfud MD menambahkan sebuah ungkapan untuk memperkuat ucapannya tersebut.
“Ada ungkapan, tarkul jawaab alal jaahil jawaabun, ‘Tidak menjawab statement atau tudingan orang dungu adalah jawaban terhadap orang dungu tersebut’,” tulis Mahfud MD.
Cuitan tersebut pun mendapatkan dari Politisi Partai Gelora, Fahri Hamzah. Fahri menilai bahwa Mahfud MD harus membedakan saat posisinya sebagai ilmuwan dan sebagai pejabat
“Kapan menjadi ilmuan kapan menjadi pejabat. Sebagai pejabat tugas prof adalah memastikan hukum sama pada semua orang. Jangan ada yg dinasihati, ada yang ditangkapi,” cuit Fahri, dikutip dari akun Twitter @Fahrihamzah.
Fahri Hamzah menilai bahwa nasehat lebih baik daripada ditangkap.
“Kenapa gak semua orang dinasihati saja?, Karena saya termasuk yang anggap nasihat lebih baik. Sekedar saran prof,” pungkas Fahri Hamzah.***