Biografi Soekarni Kartodiwirjo, Tokoh Muda Pendorong Proklamasi Tanggal 17 Agustus 1945

- 17 Agustus 2021, 07:54 WIB
Soekarni Kartodiwirjo atau yang akrab disapa Bung Karni merupakan sosok penting di balik kemerdekaan Indonesia
Soekarni Kartodiwirjo atau yang akrab disapa Bung Karni merupakan sosok penting di balik kemerdekaan Indonesia /Tangkapan layar kanal YouTube /Saptono Soemarsono

Rembang Bicara – Informasi mengenai biografi Soekarni Kartodiwirjo dapat kalian baca di dalam artikel ini.

Soekarni atau Sukarni lahir pada tanggal 14 Juli 1916, di Desa Sumberdiran, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Soekarni merupakan anak keempat dari Sembilan bersaudara. Nama Kartodiwirjo di belakangnya merupakan nama ayahnya, dan ibunya bernama Supiah.

Sukarni mengikuti pendidikan di sekolah Mardisiswo, Blitar y ang didirikan oleh para pejuang kemerdekaan.

Pada tahun 1930 ia bergabung dengan Indonesia Muda yang merupakan organisasi kepemudaan Partindo.

Baca Juga: BREAKING NEWS Jelang 17 Agustus, Pemerintah Umumkan PPKM Level 2, 3, dan 4 Diperpanjang Sampai 23 Agustus 2021

Soekarni lantas pergi ke Bandung untuk mengikuti kursus pengkaderan. Diantara pengkadernya adalah Ir. Soekarno yang baru saja bebas dari penjara.

Setelah mengikuti kegiatan pengkaderan Partindo, Sukarni mendirikan organisasi Persatuan Pemuda Kita dan menjadikan rumahnya yang dikenal kemudian sebagai Rumah Garum, sebagai sekretariatnya.

Ia menyatukan organisasi yang dibentuknya sebagai bagian dari Indonesia sehingga Persatuan Pemuda Kita menjadi Indonesia Muda cabang Blitar.

Indonesia Muda merupakan organisasi pemuda yang dibentuk setelah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Karir Sukarni dalam gerakan Indonesia Muda meningkat dari Ketua Cabang Blitar menjadi Ketua Umum Pengurus besar Indonesia Muda pada tahun 1935.

Dua tahun kemudian Politieke Inlichtingen Dienst (PID) melakukan serangkaian penangkapan terhadap pimpinan Indonesia Muda.

Untuk menghindari penangkapan ini Sukarni dan beberapa temannya menyelamatkan diri ke luar Batavia.

Sukarni lari ke Jawa Timur dan bersembunyi di Pondok Pesantren di Kediri, kemudian di Pondok Pesantren di Banyuwangi.

Dalam pelariannya, Sukarni dari Banyuwangi menyebrang ke Pulau Kalimantan pada tahun 1938. Ia menggunakan nama samaran Maidi. Pada tahun 1941, ia tertangkap di Balikpapan.

Dari penjara Balikpapan, Sukarni dipindahkan ke penjara Samarinda, Surabaya dan Batavia. Di pengadilan, ia divonis hukuman pembuangan ke Boven Digul. Namun amar putusan pembuangan ke Boven Digul tidak dapat dilaksanakan karena pemerintah Hindia Belanda dikalahkan oleh pasukan Jepang pada bulan Maret 1942.

Pemerintah pendudukan militer Jepang membebaskan seluruh tahanan politik, termasuk Sukarni.

Para tokoh muda Indonesia kemudian direkrut pemerintah Jepang dengan membentuk Angkatan Baru Indonesia dengan sekretariat di Jalan Menteng 31.

Pemerintah Jepang mengangkat Sukarni sebagai Ketua Asrama Menteng 31.

Para aktivis pemuda Menteng 31 sering kali mengadakan kegiatan yang mengundang para tokoh pemuda dengan menhadirkan penceramah dari para tokoh perjuangan kemerdekaan. Diantaranya adalah Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Sultan Sjahrir.

Sejak awal tahun 1945 mereka sudah membahas perkembangan perang Asia Timur Raya yang dimenangkan pasukan Sekutu. Pada tanggal 15 Agustus 1945 mereka mendapat kabar tentang penyerahan tanpa syarat pemerintah Jepang.

Berdasarkan berita itulah mereka mendesak pimpinan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI); Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Namun kedua tokoh PPKI ini menolak desakan mereka sehingga tercipta ketegangan yang kemudian dikenal sebagai pertentangan pendapat antar golongan tua yang diwakili PPKI dan golongan muda yang diwakili kelompok muda dari Menteng 31.

Sukarni bersama para tokoh muda akhirnya merencanakan penculikan terhadap Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Keduanya diculik dari rumahnya masing-masing pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, bertepatan dengan pembukaan sidang PPKI. Penculikan berjalan lancer karena mendapat dukungan dari komandan PETA di Jakarta dan Purwakarta. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke luar dari Jakarta menuju Rengasdengklok yang merupakan wilayah komando PETA Purwakarta.

Baca Juga: 10 Twibbon Peringatan HUT Kemerdekaan ke-76 RI dari Nahdlatul Ulama (NU), Keren Dijadikan Profil WA dan IG

Penculikan yang dilakukan golongan muda terhadap Soekarno dan Hatta berakhir pada malam harinya setelah mencapai kesepakatan antara Mr. Achmad Subardjo (golongan tua) dan Wikana (golongan muda) untuk menyiapkan proklamasi kemerdekaan secepatnya.

Berdasarkan kesepakatan inilah Subardjo dikawal oleh golongan muda untuk menjemput Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok. Mereka langsung kembali ke Jakarta dan tiba di pada tengah malam.

Namun rencana proklamasi tidak berjalan sesuai rencana karena tidak mendapatkan izin dari penguasa militer Jepang tertinggi di Pulau Jawa, Mayor Jenderal Nishimimura.

Para tokoh Indonesia yang ditemani Laksamana Muda Tadashi Maeda ini kembali dengan kecewa. Mereka menuju rumah kediaman Maeda di Jalan Imam Bonjol I (sekarang Museum Proklamasi). Seluruh tokoh golongan tua dan golongan muda sudah menantinya, termasuk Sukarni. Mereka mengadakan rapat tanpa dihadiri Maeda. Di dalam rapat itu Sukarni mengusulkan agar Proklamasi hanya ditanda-tangani Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Proklamasi dilaksanakan di halaman rumah Soekarno pada pagi harinya. Rencananya proklamasi dilaksanakan di lapangan Ikada (seberang Taman Monas) karena tidak mendapatkan izin dari penguasa militer Jepang, Mayor Jenderal Nishimimura.

Pada tahun 1960, Presiden Soekarno mengangkat Sukarni sebagai Duta Besar Penuh Indonesia untuk Republik Rakyat Cina dan Mongolia.

Sukarni mengakhiri tugasnya sebagai Duta Besar pada bulan Maret 1964. Sempat dipenjara Presiden Soekarno lantaran menentang kebijakannya membubarkan Partai Murba lalu dibebaskan dari penjara oleh Jenderal Soeharto pada bulan Oktober 1966.

Soekarni meninggal dunia pada 7 Mei 1971 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Baca Juga: Link Download Kumpulan Twibbon Peringatan Kemerdekaan ke-76 RI dari Muhammadiyah, Cocok Dipasang di WA dan IG

Demikian biografi Soekarni Kartodiwirjo sebagaimana ditulis oleh Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI).***

Editor: Ferhadz A. Muhammad

Sumber: IKPNI


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah