Naskah Khutbah Terbaru: Hartaku Dan Firaun, Cocok Untuk Dibaca di Awal Bulan Juli 2022

- 7 Juli 2022, 10:00 WIB
Teks khutbah Idul Adha terbaik 2022 mengenai hikmah besar dibalik sejarah Hari Raya Idul Adha dan kurban.
Teks khutbah Idul Adha terbaik 2022 mengenai hikmah besar dibalik sejarah Hari Raya Idul Adha dan kurban. /pixabay.com/Quangprada

Allah telah menjadikan bumi dengan segala yang terhampar dan terkandung di dalamnya semata untuk manusia. Alangkah besar ketetapan Allah untuk manusia itu. Lautan Rahmat yang tidak ada ujungnya.

Cahaya yang hangat, air yang hidup, pohon yang teduh, batu yang membangun, ikan di lautan, hewan ternak, pasir di sungai, hingga mineral dan minyak yang terkandung di dalam perut bumi sejak berjuta tahun lampau. Keseluruhannya Allah sediakan tak lain hanya untuk manusia.

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا

Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu (QS. Al-Baqarah 2 : 29)

Manusia diperintah untuk bertebaran di muka bumi mencari karunia Allah. Menjemput rizki yang telah Allah siapkan. Kemudian dari sebagian rizki itu diperintahkan juga untuk di infakkan, dikeluarkan zakatnya sehingga menyucikan bagi sisa harta lainnya. Kepada ibu bapak, kerabat, anak yatim, orang miskin harta dikeluarkan.

Baca Juga: Berikut Informasi Lowongan Pekerjaan Terbaru, Sebagai Barista di Kopi Korporat Surabaya

Dengan infak dan zakat maka kedudukan harta bagi seorang muslim tidak sama dengan faham materialis. Yakni menjadikan harta sebagai tujuan hidup dan Tuhannya. Namun tetap menghargai nilai harta benda dan peranannya dalam kehidupan manusia. Tidak salah mengumpukan harta, emas, perak, berapa pun banyaknya, selama ia diperoleh dengan jalan yang halal dan dimanfaatkan pada yang halal pula.

Dalam hal warisan, kita pun telah diseru agar merasa cemas apabila meninggalkan keturunan dalam keadaan lemah, yakni khawatir akan kesejahteraannya. Sebagaimana Sa’ad bin abu Waqqash dalam sakitnya Rasulullah larang untuk mewasiatkan seluruh, lalu sebagian hartanya untuk kepentingan umum. Padahal hartanya banyak. Hingga sepertiga saja Rasulullah ijinkan.  Yang demikian itu adalah untuk menjaga agar anak yang ditinggalkannya menjadi seorang yatim tidak terlantar, melarat, dan menengadahkan tangannya meminta-minta.

Berbagai kesempatan ibadah dapat terbuka bagi seseorang. Harta yang telah ia tabung digunakan agar dapat memberi takjil pada orang-orang yang berbuka di masjid. Sebab Ramadhan menjadi waktu umat islam berlomba dalam kebaikan.  Dibelanjakan sebagiannya untuk pakaian yang indah-indah dan baru, sehingga dapat melaksanakan shalat dengannya. Dibuat masakan yang lezat-lezat, sehingga ia dapat menjamu kepada siapa saja yang berkunjung ke rumah.

Bertahun-tahun orang tua menabung, agar mendapat kesempatan mendaftar dan berangkat haji ke tanah suci. Atau tabungan itu ia berikan untuk memenuhi keperluan pendidikan tinggi putra-putrinya dalam menuntut ilmu. Dicarinya karunia Allah itu ke mana saja, dengan harapan dapat lebih mendekatkan kepada ketakwaan.

Halaman:

Editor: Ahmad Choirul Furqon

Sumber: Suara Muhammadiyah


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah