Pada kesempatan ini khatib akan mengajak kepada jamaah, khususnya kepada khatib sendiri untuk senantiasa taqwa kepada Allah SWT, diantara refleksi taqwa kepada Allah SWT ialah dengan mengagungkan syiar-syiarNya (kebesaran Allah).
Diantara syiar Allah SWT ialah terjadinya peristiwa besar yang istimewa, yaitu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh Karena itu, sebagai umat Islam, seharusnya mengetahui bagaimana kisah perjalanan Nabi dalam ber Isra’ Mi’raj? Dan pelajaran apa yang dapat diambil dari peristiwa yang hanya terjadi satu kali dalam sejarah peradaban manusia, supaya dengan hal tersebut ketaqwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala semakin meningkat?
Allah subhanahu wata’ala berfirman di dalam surat Isra’ ayat 1:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. al Isra’:1)
Imam Bukhari menceritakan perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad di dalam Shahih Bukhari, Juz 5 halaman 52. Yang kesimpulannya adalah:
Suatu hari Nabi berada di dalam kamar, dalam keadaan tidur, kemudian datanglah malaikat mengeluarkan hati Nabi dan mencuci hatinya, kemudian memberikan emas yang dipenuhi dengan iman. Kemudian hati Nabi dikembalikan sebagaimana semula.
Setelah itu Nabi melakukan perjalanan Isra’ dengan mengendarai Buraq diantar oleh malaikat Jibril dari Masjidil Haram ke Masjdil Aqsha. setelah itu beliau bermi’raj hingga langit dunia, kemudian terdapat pertanyaan, “Siapa ini?” Jibril menjawab: “Jibril.”
“Siapa yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhammad”. “Selamat datang, sungguh sebaik-baiknya orang yang berkunjung adalah engkau, wahai Nabi.”