Rembang Bicara - Seolah mengkritisi kondisi kenegaraan dan kebangsaan yang akhir-akhir ini tampak tegang, salah satu Rois (Ketua) Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Ishomuddin, menulis pendapatnya di Facebook yang menarik minat para warganet.
Dalam postingan yang diunggah pada Kamis, 18 Maret 2021 itu, Gus Ishom, sapaan akrabnya, menganggap bahwa kehidupan negara bisa dianalogikan seperti rumah tangga.
"Pemimpin itu hendaknya bertindak bagai seorang ibu yang baik yang selalu mencurahkan kasih sayang, memperhatikan, bersedia mendengarkan, meluangkan waktu untuk memikirkan, bertanggungjawab, bisa menjadi contoh, dan bukan saja harus bisa bersikap tegas, tetapi yang paling penting mampu bersikap adil," katanya.
Lebih lanjut, Gus Ishom menggarisbawahi diksi 'adil' yang dalam beberapa kondisi selalu digaungkan oleh para warga.
Baca Juga: Nilai Akses Keadilan dalam Sidang HRS Tidak Diterapkan, Refly Harun Merasakan Keanehan, Apa Itu?
"Adil berarti menghindari segala bentuk kezaliman, menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan memberikan hak kepada pemilik hak itu sesuai dengan proporsinya," terangnya.
Tidak hanya berbicara mengenai pemimpin saja, namun Gus Ishom juga menyentil tentang sikap yang harus dimiliki oleh warga.
"Adapun orang-orang yang dipimpin itu hendaknya menjadi seperti anak-anak yang baik, tidak rewel, bisa diatur, menaruh rasa hormat, tidak durhaka, bersedia membantu meringankan beban, dan mau mendoakan untuk kebaikan 'ibu'nya," jelasnya.
Gus Ishom menyadari bahwa memang kadang ada perbedaan persepsi di antara para pemimpin terkait suatu masalah. Untuk itu, Gus Ishom mewanti-wanti perbedaan seperti itu hendaknya tidak dijadikan sebab adanya permusuhan.
"Perbedaan di antara para pemimpin dan atau orang-orang yang dipimpin hendaknya tidak menjadi sebab untuk saling bermusuhan.
Bersedia duduk bersama, saling bermusyawarah untuk mencapai kata sepakat dan mencari titik temu adalah kata kunci yang diperlukan dalam memecahkan masalah bersama yang datang silih berganti," lanjutnya.
Kendati demikian, dalam menyikapi persoalan, antar warga negara tentu memiliki sikap tersendiri. Bahkan, tidak jarang menimbulkan pertikaian.
Oleh karenanya, di sini pemimpin harus bisa berperan tegas atas nama keadilan dan kebaikan bersama.
Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Bahasa Jawa Tentang Nasihat Nabi yang Pas Direfleksikan di Bulan Syaban
"Tetapi memang kadangkala ‘anak-anak yang membandel’ itu perlu ditegur, dimarahi, diadili, dan bila perlu diberi sanksi setimpal, agar kembali berdisiplin dan harus dipaksa menaati aturan yang berlaku,” tandasnya.***